Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., didampingi Sekretaris Eksekutif, Drs. Djoko Moerdiyanto, M.A., menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Kanada, H.E. Mackenzie Clugston. Kunjungan dalam rangka membuka jalan bagi kerja sama di bidang pendidikan dan penelitian ini berlangsung di ruang kerja Rektor, Senin (31/5).
Djoko menjelaskan maksud kunjungan Dubes Kanada, yakni ingin berkenalan dan melihat UGM secara langsung. Selama ini, Dubes Kanada hanya mendengar nama Universitas Gadjah Mada (UGM) dari berbagai media, terutama tentang berbagai peran UGM di tingkat regional, nasional, dan tingkat internasional. “Bahwa universitas ini ternyata telah menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di luar negeri, dengan banyak perguruan tinggi di Amerika, Asia, dan Eropa,” jelas Djoko Moerdiyanto.
Djoko mengakui selama ini belum ada mahasiswa Kanada yang kuliah di UGM. Oleh karena itu, dengan kunjungan ini diharapkan akan membuka jalan untuk student exchange antara UGM dan berbagai perguruan tinggi di Kanada. Dalam kunjungan ini, Dubes Kanada tertarik untuk mengundang dan melibatkan mahasiswa-mahasiswa Kanada agar bergabung dalam program DREAM milik Kantor Urusan Internasional UGM. Bahkan, dalam waktu dekat Dubes akan melibatkan mahasiswa-mahasiswa Kanada di Asia untuk segera bergabung dalam program tersebut. “Mereka sangat diharapkan, terlebih mahasiswa-mahasiswa Kanada yang ada di Philipina, Singapura, Malaysia, Jepang, dan lain-lain,” tambah Djoko.
Rektor juga menyambut baik kedatangan Dubes Kanada, H.E. Mackenzie Clugston. Dengan kunjungan ini berbagai perguruan tinggi di Kanada diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan UGM. Dengan kerja sama tersebut, civitas UGM pun bisa melihat celah bagi ruang perbaikan bangsa ke depan. “Terutama untuk exchange student dan juga kerja sama penelitian serta kerja sama-kerja sama lainnya yang mendorong kemajuan masyarakat secara umum,” ujar Rektor.
Hasil kunjungan ini diharapkan dapat disampaikan ke berbagai lembaga di Kanada. Kanada dikenal sebagai penghasil semen dan aspal, juga memproduksi beton-beton bagi pembangunan yang berkontur sangat kuat untuk segala musim. “Kanada memang fokus ke sana karena negara ini memang memiliki musim yang unik, sangat ekstrim panas sekali, dan dingin sekali. Mereka yakin bila material produksinya bisa dikembangkan di Indonesia,” tutur Rektor.
Kerja sama ini tampaknya mendesak untuk segera dilakukan karena jika diulur-ulur akan semakin ketinggalan, sementara negara-negara lain telah lama menjalin kerja sama dengan UGM. UGM pun sangat berharap untuk itu. Beberapa staf pengajar ditengarai dapat memperkuat kerja sama tersebut sebab beberapa di antaranya pernah menempuh kuliah di British Columbia Institute of Technology, McGill University, dan Simon Fraser University di Kanada. (Humas UGM/ Agung)