Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.,Ed.,Sp.OG(K), Ph.D., melantik pengurus Griya Moderasi Beragama dan Bela Negara (GMBBN) di lingkungan Universitas Gadjah Mada, Rabu (28/12) di Fakultas Filsafat UGM. Lembaga ini bertugas untuk memperkokoh toleransi dan meneguhkan kerukunan dalam keragaman dan memperkuat persatuan antar umat beragama di kalangan civitas akademika Universitas Gadjah Mada.
Rektor UGM dalam pengarahannya mengatakan pendirian GMBBN UGM makin membangun sikap saling pengertian, toleransi, menghargai keragaman serta memperkuat moderasi beragama dan bela negara di kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada. “Moderasi beragama harus ditanamkan sejak dini. Kita berharap adanya pengelola akan menumbuh suburkan sikap intelektual yang toleran dan berbudaya dan berkarakter tangguh dalam menjaga semangat persatuan bangsa,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Rektor juga sempat menyinggung bahwa sekarang ini lembaga perguruan tinggi masih menjadi ladang subur masuknya paham radikal yang bisa merusak moral dan karakter para civitas akademika terutama di kalangan mahasiswa. Ia mengutip hasil laporan dari Kemendikbud Ristek yang menyebutkan UGM termasuk dalam salah satu 10 perguruan tinggi di Indonesia yang terpapar radikalisme “Ada sepuluh perguruan tinggi yang terpapar paham radikalisme menjadi sesuatu yang perlu kita sikapi bersama,” katanya.
Kepada pengelola GMBBN Rektor berharap bisa menjalankan tugasnya dengan baik untuk menanamkan semangat toleransi dan saling menghargai keragaman maupun moderasi beragama di kalangan mahasiswa sejak dini. “ Selamat menjalankan tugas. Saya berharap embrio yang sudah ditanamkan akan menjadi embrio yang tumbuh subur dan berkembang untuk menjadi pengawal kehidupan berbangsa yang harmonis dan toleran,” ujarnya.
Dekan Filsafat UGM, Dr. Siti Murtiningsih, menuturkan moderasi beragama sangat diperlukan di kalangan civitas akademika untuk memastikan hak individu memeluk agama menjadi tidak terganggu. Sebab, salah satu prinsip dasar demokrasi dan HAM, hak setiap warga negara untuk dihargai dan dilindungi dalam beragama. “ Tanpa moderasi beragama maka kita akan mudah terjadi pertentangan antar agama dan konflik sosial yang berdampak pada ancaman keutuhan negara. Menurunkan konflik sosial ini sudah menjadi bagian dari upaya bela negara,” jelasnya.
Adanya pengelola Griya Moderasi Beragama dan Bela Negara di kampus yang diamanatkan pada Fakultas Filsafat menurut Murtiningsih mewujudkan kehadiran negara dalam menjamin hak warganya dalam beragama dan meningkatkan toleransi dalam keberagaman.
Seperti diketahui, pengelola Griya Moderasi Beragama dan Bela Negara (GMBBN) UGM ini dipimpin oleh Syarif Hidayatullah MA., Dr. Iva Ariani sebagai Sekretaris dan Dr. Hastanti Widy Nugroho selaku Bendahara. Sedangkan anggota Dewan Pakar terdiri atas Prof. Lasiyo, Prof. Armaidy Armawi dan Agus Wahyudi, Ph.D.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Firsto