Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) bersama Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi UGM kembali menggelar kegiatan Winter Course, kali ini mengusung tema “Healthy Lifestyle for the Prevention and Management of Metabolic Disorder”.
Program ini diharapkan dapat membuka wawasan peserta tentang berbagai strategi untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan, sehingga lebih tanggap dan adaptif untuk melaksanakan pencegahan, promosi, dan rehabilitasi terkait gangguan metabolisme di masyarakat.
“Salah satu faktor risiko adalah gaya hidup. Butuh intervensi sedini mungkin (untuk menangani gangguan metabolisme) karena banyak terkait dengan kepentingan komersial,” ucap Dekan FK-KMK UGM, dr. Yodi Mahendradhata, MSc., PhD., FRSPH, Senin (9/1).
Kegiatan Winter Course 2023 diikuti oleh 63 mahasiswa program Sarjana serta Pascasarjana. Selain mahasiswa UGM, terdapat juga mahasiswa dari perguruan tinggi luar negeri seperti Medical University of Innsbruck, Austria; International Medical University Malaysia; Universiti Putra Malaysia; dan Ramathibodi School of Nursing, Mahidol University Thailand.
Narasumber pakar yang dihadirkan pun cukup beragam, mulai dari Wakil Menteri Kesehatan RI hingga profesor dari Erasmus University Rotterdam, University of Malaya, dan Universiti Putra Malaysia.
“Selama dua minggu mahasiswa akan mengikuti kuliah panel yang melibatkan berbagai pembicara sehingga para calon tenaga kesehatan kita terpapar lebih awal terhadap masalah global dari berbagai perspektif pembicara baik yang berasal dari negara maju maupun negara berkembang,” terang dr. Gunadi, Ph.D, Sp.BA, Subsp.D.A.(K) selaku Ketua Tim Internasionalisasi FK-KMK UGM.
Tema gangguan metabolik sendiri dipilih karena isu ini menjadi salah satu perhatian penting dunia kesehatan. Gangguan metabolisme terjadi ketika reaksi kimia abnormal dalam tubuh mengganggu proses fungsi tubuh dan menyebabkan tubuh menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit zat yang penting agar tetap sehat. Prevalensi global sindrom metabolik semakin meningkat, bervariasi dari 12.5% hingga 31.4%. Di Indonesia sendiri, prevalensi sindrom metabolik sebesar 23%, pada perempuan 26,6% dan pada laki-laki 18,3%.
Gangguan ini berhubungan erat dengan pergeseran gaya hidup masyarakat, dengan etiologi meliputi faktor genetik serta faktor lingkungan seperti pola olahraga dan kebiasaan makan. Faktor lingkungan ini sendiri dapat dikategorikan sebagai risiko yang dapat dimodifikasi, sehingga perubahan gaya hidup termasuk aktivitas fisik dan kebiasaan makan yang sehat menjadi bagian penting dalam pencegahan dan pengelolaan sindrom metabolik.
Melalui kegiatan Winter Course, para mahasiswa selaku calon tenaga kesehatan dibekali dengan pengetahuan terkait kampanye dan gerakan penurunan risiko gangguan metabolisme pada masyarakat dan generasi muda, dan dilatih untuk merespons isu kesehatan global dengan pendekatan lintas disiplin.
“Tenaga kesehatan menjadi salah satu tulang punggung menangani gangguan metabolik. Aspek medis, keperawatan, dan gizi ada di situ, begitu juga dengan psikologi sehingga penanganan gangguan metabolik memerlukan kolaborasi interprofesional,” imbuh dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK-KMK UGM.