Kepala PIAT UGM bersama Direktur Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) UGM melakukan kegiatan kunjungan kerja ke Sobat-PIAT Kopi Kaliasa, Desa Babadan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis (5/1).
Kopi Kaliasa adalah Kopi Indikasi Geografis Kopi Arabika Pegunungan Dieng Banjarnegara yang ditanam pada ketinggian 1.200 Mdpl dengan mayoritas viarietas lini s 795. Awal penanaman kopi sejak tahun 2010 didasari oleh topografi wilayah Banjarnegara yang dinilai rawan longsor. Dipilihnya kopi sebagai tanaman konservasi dikarenakan selain mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, komoditas kopi juga memiliki strategis sebagai tanaman konservasi tanah dan air.
Universitas Gadjah Mada berkomitmen melakukan pendampingan terhadap Gapoktan Sida Makmur sejak awal berdiri pada tahun 2008, untuk mengelola perkebunan kopi arabika “Jawa Bismo” di Desa Babadan yang ditanam di lereng Gunung Bismo.
“Pendampingan oleh UGM selalu dilakukan bahkan hampir 15 tahun meskipun frekuensinya tidak seintensif tiga tahun pertama, harapannya masyarakat ada rencana program pengembangan, namun yang lebih penting adalah bagaimana petani kopi di wilayah Banjarnegara khususnya di Pagentan secara rutin seperti sebelumnya tetap minta didampingi oleh UGM,” ungkap Dr. Taryono, Kepala PIAT UGM.
Ketua Koperasi Mitreka Satata, yang bergerak pada usaha pengolahan dan pemasaran kopi, Turno, mengucapkan terima kasih kepada UGM yang hingga saat ini masih rutin dan intens serta menjiwai permasalahan selama melakukan pendampingan. Peran UGM dibuktikan dengan hasil pengembangan kopi yang bisa dinikmati oleh petani dengan nilai ekonomis yang tidak kecil, bahkan pemasarannya sudah sampai Singapura.
Namun, yang menjadi tantangan tersendiri bagi petani adalah siklus pemeliharaan dari mulai penanaman hingga panen, yang mana produksi kopi menurun setelah 3-4 kali panen. Jumlah produksi yang terbatas dinilai susah untuk bisa memenuhi pasar terbuka sehingga jika memungkinkan, pinta Turno, dibutuhkan kebun percontohan yang nantinya dikelola koperasi sebagai sarana belajar bersama dari penanaman hingga pengelolaannya.
“Harapannya dengan adanya kebun percontohan itu bisa maksimal, nanti (petani) di kebunnya sendiri tinggal mencontoh, karena petani tidak cukup hanya dilatih, butuh bimbingan dan intervensi kelembagaan dalam lingkup koperasi. Kemudian yang terpenting sebenarnya kami butuh manajemen dan dokumentasi serta bimbingan di budidayanya,” ucap Turno.
Menanggapi hal itu, Dr. Rustamaji selaku Direktur PKM UGM menyampaikan bahwa sebagai bentuk pengabdian UGM kepada masyarakat, yang dapat dilakukan dalam waktu dekat dan visibel adalah menerjunkan mahasiswa dalam program kuliah kerja nyata (KKN). UGM dalam hal ini akan memaksimalkan bantuan dari sisi sumber daya manusia, yakni dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa.
“Cita-cita bapak (Turno) akan kami dampingi dengan model KKN dulu, dengan memetakan masalahnya, artinya berapa banyak lahan yang dikelola, mungkin adik-adik KKN bersama tim bisa mencoba melihat potensi-potensi dan memaksimalkan lahannya,” ungkapnya.
Penulis : Whafir