Bagian Humas dan Protokol Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan program Sekolah Wartawan, kelas singkat bagi jurnalis yang mengulas isu-isu terkini secara mendalam dengan menghadirkan pakar di bidang terkait. Edisi pertama Sekolah Wartawan yang digelar Senin (16/1) mengulas tema Resesi dan Masa Depan Perekonomian 2023, dengan narasumber ekonom Akhmad Akbar Susamto, S.E., M.Phil., Ph.D.
“Rekan-rekan wartawan memerlukan background dan pemahaman yang lengkap terhadap sebuah isu atau tema tertentu agar dalam peliputan dan penulisan berita bisa lebih komprehensif. Sekolah Wartawan hadir untuk itu, dikemas dalam bentuk FGD antara pakar UGM dengan wartawan membahas sebuah topik yang aktual dan menarik,” ucap Kepala Bagian Humas dan Protokol, Dina W. Kariodimedjo, saat meluncurkan program baru ini.
Sekolah Wartawan edisi pertama diikuti oleh sepuluh jurnalis dari berbagai media yang bertugas di Yogyakarta. Dina menerangkan, program ini akan diselenggarakan secara rutin setiap bulannya, dengan melibatkan jurnalis media cetak, online, maupun elektronik.
“Harapan kami ini dapat bermanfaat bagi teman-teman wartawan, juga staf pemberitaan di Bagian Humas dan Protokol,” tuturnya.
Pada kesempatan ini, Akhmad Akbar Susamto mengulas sejumlah isu yang berkembang terkait proyeksi ekonomi Indonesia dan dunia pada tahun 2023. Ia juga mengajak para peserta melihat berbagai data nasional dan global.
“Tahun 2023 tidak bisa dikatakan gelap gulita. Situasi ekonomi mungkin tidak seperti yang diharapkan, tetapi tidak terlalu buruk. Untuk Indonesia sendiri saya optimis pertumbuhan tahun 2023 masih positif. Lebih banyak baiknya dari buruknya, meski sudah mendekati tahun politik,” tuturnya.
Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 berada di angka 4,5% hingga 5%. Prediksi serupa, kata Akhmad, juga muncul dari berbagai kelompok ekonom hingga lembaga negara.
Pada kesempatan ini, ia juga memberikan penjelasan terkait berbagai konsep penting yang kerap muncul dalam berita-berita ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Bruto, resesi, hingga inflasi.
Ia menjelaskan, terdapat dua definisi resesi yang digunakan oleh para ekonom. Definisi pertama adalah penurunan angka pertumbuhan ekonomi sebuah negara selama dua kuartal berturut-turut. Definisi kedua, terangnya, tidak terbatas pada angka pertumbuhan ekonomi semata, namun laju pertumbuhan ekonomi yang menurun dan terus berlanjut.
“Ketika perekonomian jatuh, selama belum kembali ke kondisi awal itu masih dikatakan sebagai resesi. Ketika angkanya sudah tidak negatif, bukan berarti sudah bisa dikatakan keluar dari resesi. Selain PDB ada indikator lain yang dilihat misalnya tingkat pengangguran,” terangnya.