Disertasi berjudul Ekspresi PD-L1, Taz, Serta Index Proliferasi Ki-67 sebagai Faktor Prognosis Retinoblastoma berhasil mengantarkan dr. Purjanto Tepo Utomo meraih gelar doktor pada Rabu (25/1). Melalui ujian terbuka yang disiarkan langsung di kanal YouTube FKKM-K UGM, Purjanto menjelaskan bagaimana penelitiannya berkaitan erat dengan penyakit kronis pada anak.
Retinoblastoma dikatakan sebagai penyakit kanker mata yang kerap ditemukan pada 1 dari 15.000-20.000 anak. Jika kanker ini tidak bisa dideteksi sejak dini, maka besar kemungkinan sel tersebut menyebar hingga ke saraf otak dan sumsum tulang, dan berujung pada kematian. Aspek prognosis–atau prediksi mengenai perkembangan suatu penyakit–tentunya memiliki peranan besar dalam penanganan retinoblastoma.
Penelitian Purjanto ini dilakukan dengan melihat reaksi molekular dalam perkembangan retinoblastoma. “Kami menemukan perbedaan dalam penelitian kami dengan penelitian sebelumnya. Jika pada penelitian sebelumnya, ditemukan ekspresi PD-L1 dan Ki-67 berbanding lurus dengan tingkat keparahan klinis pasien, tapi dalam penelitain kami justru berbanding terbalik. Hal ini bisa dipengaruhi karena perbedaan metode yang dilakukan,” tutur Purjanto.
“Berdasarkan analisa dari penelitian sebelumnya, kami berpikir kemungkinan ada hubungan antara PD-L1 dengan TAZ. Maka kami melakukan penelitian yang mengkaji secara langsung pada protein pasien retinoblastoma. Jadi, kami menggabungkan ketiga biomarker yang kemudian kita teliti dan dikorelasikan dengan penderita retinoblastoma,” ungkap Purjanto saat menjelaskan tentang latar belakang teoretis dari penelitian ini.
Penanganan pasien kanker melalui kemoterapi telah berkembang sejak dulu, hingga berhasil meningkatkan angka keselamatan pasien kanker hingga 75%. Tentunya, penelitian dan perkembangan terapi, khususnya kemoterapi akan selalu ada untuk terus meningkatkan angka keselamatan dan meminimalkan efek samping pasien. Penelitian Purjanto menjadi salah satu penelitian yang turut andil untuk menganalisa faktor keberhasilan terapi pasien kanker, yaitu retinoblastoma.
“Penelitian yang sudah dilakukan promovendus adalah penelitian translasional riset. Klinisi yang sudah meneliti tentang molekular, dan saya kira ini adalah masa depan kedokteran seluruh dunia. Baik untuk diagnosis, prognosis, bahkan untuk terapi,” ucap Dr. Med. dr. Indwiani Astuti sebagai salah satu tim penilai disertasi.
Penulis: Tasya