Hari ini, Senin (7/4) di ruang Balai Senat UGM, Prof. Ir. Triwibowo Yuwono, Ph.D dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Pertanian UGM. Pria kelahiran Klaten 29 April 1961 ini dalam pengukuhannya menyampaikan orasi “Nanoorganisme: Proposal Pengembangan Organisme Artifisial Berbasis Pendekatan Nanobiologi Sintetikâ€.
Dikatakannya, pengembangan organisme artifisial yang disebut Nanoorganisme memerlukan perancangan gen dan genom artifisial dengan sangat hati-hati dan rinci, yang diorganisasikan kedalam suatu unit yang dapat bereplikasi sendiri (self-replicating unit) serta dikemas dalam suatu sistem yang terbungkus (encapsulated).
Nanoorganisme artifisial sebagai model sistim biologi di masa depan, katanya, seperti halnya teknologi DNA rekombinan di awal perkembangannya pada tahun 1970-an, dimana penggunaan potensial organisme artifisial mungkin masih harus disaksikan beberapa tahun ke depan.â€Tidak seorang pun diawal tahun 1970-an yang berani membayangkan bahwa suatu ketika nanti ilmuwan berhasil mengembangkan suatu pertumbuhan baru yang dapat berpendar di kegelapan karena ada gen luciferase yang berasal dari kunang-kunang dan disisipkan ke dalam genom tumbuhan menggunakan teknologi DNA rekombinan,†ujar Ketua Laboratorium Mikrobiologi Faperta UGM (1994-1996) ini.
Dijelaskannya, salah satu pengembangan nanoorganisme adalah penggunaannya sebagai model untuk mempelajari system biology. Dengan menggunakan nanoorganisme artifisial, peneliti dapat mengembangkan biologi sistem dari awal serta mempelajarinya bagaimana rancangan mempengaruhi aspek-aspek fungsional.
“Sebagai contoh, kita dapat mempelajari interaksi antara sekuen dan implikasinya terhadap ekspresi gen dengan komplikasi minimal dalam keseluruhan sirkuit pengendalian sekuen genom. Hal ini dapat dilakukan dengan, misalnya, melakukan pertukaran (shuffling) secara pasti antar sekuen pada genom artifisial,†tambah Triwibowo, penerima penghargaan Best Internasional Publication UGM tahun 2005 ini.
Menurut suami Ir. Agung Astuti M.Si, pengembangan virus artifisial juga akan memberikan gambaran lebih jelas bagaimana suatu virus alami dapat menginfeksi suatu sel. “Dengan merancang ulang komposisi genom suatu virus alami, diharapkan juga akan dapat membantu manusia dalam mengendalikan virus alami dengan memanfaatkan virus yang direkayasa ulang sebagai antagonis virus alami,†tandas ayah dua putra, alumnus program doktor Biologi Molekular, University of Leicester, UK tahun 1991 ini. (Humas UGM)