Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), mendapatkan gelar doktor honoris causa (HC) dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (13/2). Anugerah gelar doktor kehormatan tersebut diberikan kepada Gus Yahya yang dinilai berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian dan moderasi beragama melalui pemikiran dan langkah strategisnya.
Pemikiran dan aktivisme Gus Yahya untuk bangsa sekaligus kemanusiaan dan peradaban dunia juga diakui dunia. Gus Yahya masuk rangking ke-19 dalam daftar 50 besar tokoh muslim berpengaruh dunia tahun 2023 versi Pusat Pembelajaran Strategis Kerjaan Islam Yordania.
Gus Yahya lahir di Rembang, 16 Februari 1966 silam. Putra salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa, KH. M. Cholil Bisri dan kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini tercatat pernah menempuh pendidikan di Departemen Sosiologi FISIPOL UGM pada tahun 1984.
Dekan FISIPOL UGM, Wawan Mas’udi, Ph.D., menyampaikan bahwa Gus Yahya merupakan sosok berpengaruh yang pernah mengenyam pendidikan di FISIPOL UGM. Saat menjadi mahasiswa ia menjadi salah satu pioner yang mendirikan dan menggerakan jamaah musola Fisipol UGM.
“Gus Yahya memang pernah kuliah di jurusan sosiologi tahun 1984. Beliau terkenal dengan semangat dan pemikiran untuk beragama secara moderat,” tutur Wawan.
Meskipun tidak menamatkan pendidikan di Fisipol UGM, Wawan mengatakan bahwa Gus Yahya tetap menjalin komunikasi secara aktif dan melakukan dialog kultural dengan para kolega di Fisipol UGM hingga saat ini.
“Bangga dengan beliau pernah mengenyam pendidikan di Fisipol UGM dan menjadi ketua umum salah satu organisasi muslim terbesar di Indonesia. Gus Yahya memiliki peran besar dan menginspirasi dalam mendorong moderasi beragama, dialog lintas iman, dan perdamaian dengan nilai-nilai kemanusiaan,”paparnya.
Penulis: Ika
Foto: www.republika.id