Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM membahas tuntas isu eksistensi pengobatan tradisional di era modern melalui seminar bertajuk “Supranatural Healing in Post-Pandemic Times: Javanese Praktitioners’ Repositioning” pada Kamis (9/3). Seminar yang bekerja sama dengan Magister Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan (MDIK) tersebut mengundang Prof. em. Dr. Judith Schlehe dari University of Freiburg.
Dr. Judith menyatakan ketertarikannya terhadap berbagai budaya di Indonesia, terutama aspek spiritual yang tumbuh di antara kepercayaan dan agama masyarakat. “Selama 30 tahun kami melakukan penelitian terhadap budaya dan tradisi di Indonesia, saya kira inilah yang paling menarik. Eksistensi supernatural, supranatural, dan paranomal,” ungkap Judith. Penelitian yang dilakukan telah menjawab pertanyaan besar mengenai praktik paranormal dan pengobatan alternatif memosisikan diri di antara aspek agama, sosial, politik dan ekonomi di era post-pandemic kontemporer Jawa.
Dewasa ini, budaya Jawa masih banyak ditemui dan dipercaya oleh sebagian besar masyarakat. Namun menurut Judith, telah banyak perubahan yang terjadi, berupa modernisasi dan akulturasi dengan budaya barat. “Berbeda dengan Srilanka, pengobatan tradisional dan spiritual di sini berubah menjadi lebih sistematis. 10 tahun lalu, kita masih menemukan iklan-iklan dan praktik spiritual yang muncul di televisi. Hal ini jauh berbeda dengan kondisi saat ini, di mana praktik spiritual tidak lagi menjadi peran utama yang dirujuk oleh masyarakat,” tuturnya.
Judith mengungkapkan, saat pandemi Covid-19 melanda, ia berekspektasi akan ada aspek spiritual yang dikemukakan oleh media, atau bahkan menjadi bahan perbincangan. Tapi ternyata tidak. Ia justru menemukan bahwa Indonesia telah benar-benar menjadi negara yang berfokus pada langkah-langkah modern. Meskipun begitu, kios-kios pengobatan spiritual tetap banyak ditemukan di desa-desa.
“Saat ini, pengobatan tradisional dan spiritual di Indonesia mengadopsi sistem barat yang menekankan unsur logika. Tentunya hal ini dilakukan karena masyarakat tidak lagi percaya dengan mitos dan takhayul untuk melakukan pengobatan. Bahkan banyak percaya bahwa praktik-praktik tersebut adalah penipuan,” kata Judith. Perbedaan besar antara sistem pengobatan tradisional 10 tahun telah mengubah berbagai hal, termasuk alat-alat yang mereka pakai.
“Mereka tidak lagi mencari eksistensinya, tapi mereka memosisikan diri sebagai penyedia pengobatan yang lebih murah dari pengobatan medis. Padahal seharusnya, mereka bisa bertahan bukan karena hal itu, tapi karena memang ini adalah budaya dan ciri khas masyarakat Indonesia yang harus dipertahankan,” tambah Judith.
Penulis: Tasya