“Gab, Mama Papa mungkin tidak dapat membiayai kamu untuk kuliah kedokteran, tapi kamu harus tahu bahwa Tuhan itu kaya, Tuhan yang akan menolong kamu,”
Mendengar ucapan Mamanya, Gabriel terdiam, dan menangis sembari berdoa, “Tuhan, bantu saya kalau saya ingin menjadi dokter,”
Percakapan setelah lulus dari SMA ini selalu diingat oleh Gabriel Julian Uriani Awom. Setelah beberapa hari pembicaraan dengan kedua orangtuanya itu, Tuhan seakan memberi jawaban atas doanya. Sebab tidak lama kemudian, Gabriel mendapat kabar mengenai adanya pembukaan beasiswa afirmasi dari pemerintah daerah Papua Barat.
“Saya memutuskan untuk mendaftarkan diri dan memilih UGM sebagai kampus tujuan saya. Awalnya saya sempat ragu akan diterima karena UGM adalah kampus impian banyak orang, pasti sulit untuk diterima. tetapi Puji Tuhan, akhirnya saya diterima untuk berkuliah di jurusan kedokteran UGM,” kenang Gabriel yang kini tengah menempuh kuliah prodi kedokteran UGM di semester tujuh.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini tidak membayangkan ia kini jadi mahasiswa kedokteran. Gabriel mengaku Ayahnya adalah seorang pendeta yang sejak mudanya selalu mengisi khotbah di berbagai gereja dari pedalaman Sulawesi hingga Papua. “Papa saya bekerja sebagai Pendeta dan ibu saya seorang ibu rumah tangga. Saya lahir di Palu, Sulawesi Tengah. Sejak berusia 3 bulan, orang tua saya mendapat tugas pelayanan di pedalaman Da’a Timur, Sulawesi Tengah sehingga saya menghabiskan masa kecil saya di sana. Hingga suatu saat, karena papa saya adalah orang Papua, papa saya dipanggil untuk melanjutkan pelayanan di tanah Papua dan saya pun menghabiskan masa pendidikan SD hingga SMA di tanah Papua dan lulus dari SMAN 1 Teluk Bintuni, Papua Barat,” kata Gabriel.
Diterima masuk UGM lewat jalur afirmasi, Gabriel sejak di bangku sekolah dasar selalu berprestasi dan langganan juara di kelas. “Puji Tuhan, selama SMA saya selalu masuk 3 besar,” kenangnya.
Tidak hanya pintar di akademik, Gabriel juga sering mengikuti berbagai kejuaraan terutama keterampilannya dalam orasi ia beberapa kali mengikuti lomba dan mendapat juara. “Saya pernah mendapatkan juara 2 lomba pidato kebangsaan tingkat provinsi,” katanya.
Beradaptasi Lebih Cepat
Setelah diterima kuliah di UGM, Gabriel mengaku, saat di awal-awal perkuliahan ia sempat kesulitan untuk beradaptasi dengan pola pembelajaran di kampus, ditambah lagi berada di lingkungan yang baru, sehingga perlu beradaptasi dengan cepat. Namun begitu, Gabriel tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan belajar dengan sebaik-baiknya. Ia selalu bersyukur bahwa sejauh ini Tuhan selalu memberikan jalan terbaik bagi dirinya. “Karena saya tahu ini adalah impian saya, dan Tuhan sudah membukakan banyak jalan sejauh ini agar saya dapat terus lebih dekat dengan impian saya tersebut. Meskipun kadang ada masa-masa yang sulit selama perkuliahan saya mau berusaha untuk terus membenahi diri dan melakukan yang terbaik agar dapat melewati setiap semester dengan baik. Selain itu, saya bersyukur karena dosen-dosen, kakak tingkat, dan teman-teman seangkatan saya sangat suport, secara langsung maupun tidak langsung, mereka membantu saya selama berproses disini,” katanya.
Kuliah di UGM, Gabriel mengaku dirinya tidak semata-mata mengejar nilai akademik sebab baginya tujuan belajar adalah untuk mendapatkan ilmu yang bisa berguna untuk menolong dan melayani pasien yang sakit. Gabriel pun bersungguh-sungguh dalam belajar. Disamping itu, ia selalu memiliki tekad yang kuat dan harus pintar membagi waktu. “Yang terpenting adalah mengandalkan Tuhan karena selama berkuliah akan ada masa ketika kita merasa kesulitan, mungkin juga merasa tidak sanggup, tetapi kita harus yakin bahwa Tuhan dapat memampukan kita untuk melewati semua ini,” jelasnya.
Kepada awak Kabar UGM, Gabriel mengaku ia bercita-cita apabila sudah selesai menempuh pendidikan dokter, dirinya berkeinginan untuk mengabdi di kampung halamannya. Sebab masyarakat di kampungnya masih memerlukan layanan kesehatan yang kadang masih sulit terjangkau dengan baik oleh tenaga medis di sana. “Saya melihat bahwa masyarakat di daerah saya sangat memerlukan layanan-layanan kesehatan untuk menyokong kesejahteraan hidup mereka. Saya ingin mengambil bagian untuk memajukan kesehatan masyarakat ketika saya kembali untuk bekerja di tanah Papua,” harapnya.
Penulis: Gusti Grehenson