Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menyelenggarakan seminar tentang HIV (human immunodeficiency virus) dan IMS (Infeksi Menular Seksual) sebagai rangkaian Annual Scientific Meeting (ASM) 2023 pada Sabtu (11/3) di Auditorium FK-KMK UGM. Seminar ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang berasal dari tenaga kesehatan dari berbagai Puskesmas dan rumah sakit, praktisi kesehatan yang menangani isu HIV dan IMS, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan pendamping sebaya seperti Yayasan Kebaya Indonesia, Victory Plus, PKBI, Yayasan Vesta, serta mahasiswa dan residen FK-KMK UGM.
dr. Yanri Wijayanti Subronto, Ph.D, SP.PD- KPTI, sebagai ketua kelompok kerja (pokja) HIV dan IMS PKT UGM menekankan pentingnya seminar ini diadakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi terkait manajemen kasus IMS dan HIV, serta pendekatan multisektoral dalam rangka pencegahan dan pengendalian HIV dan IMS. Semuanya ini dikemas secara fun sepanjang acara berlangsung, yaitu dengan memberikan leaflet edukasi, games, dan ruangan yang semarak. Ini untuk menekankan bahwa aksi pencegahan HIV dan IMS “can be fun”.
Seminar dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad(K), Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan FK-KMK UGM. Dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa seminar ini penting diadakan sebagai wadah pembaharuan ilmu terkait HIV dan IMS bagi para praktisi, tenaga kesehatan, dan pelaksana program. Selain itu, ia juga mengamini bahwa seminar ini tampak berbeda, dan pesan preventive can be fun pun terasa.
Seminar juga dihadiri oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Setyarini Hestulestari, S.KM, M.Kes. Dalam sesi kuliah kunci, disampaikan bahwa di tahun 2020, ada setengah juta Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia, dimana 9.255 ODHA tinggal di DIY. Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi HIV/AIDS di DIY, seperti penyediaan layanan dan akses KIE, Fasyankes memiliki kapasitas tes HIV dan pemberian terapi pengobatan, hingga penyusunan RAPERDA Penanggulangan HIV/AIDS.
Selanjutnya, seminar berlangsung dalam dua sesi dengan lima pemateri. Materi pertama disampaikan oleh dr. Nurwestu Rusetiyanti, M.Kes, Sp.KK, dari Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM. Ia menyampaikan materi tentang update manajemen IMS pada fasilitas kesehatan (faskes) primer. Ia menyoroti pentingnya peran faskes primer dalam program penanggulangan, utamanya dalam mengeliminasi penularan.
Materi kedua disampaikan oleh Dr. dr. Satiti Retno Pudjiati, Sp.KK(K), dari Departemen Dermatologi dan Venereologi, FK-KMK UGM. Ia menyampaikan materi tentang manifestasi klinis dan tata laksana IMS pada pasien HIV. Dalam materinya, ia menyampaikan bahwa orang yang terkena IMS berisiko lebih tinggi terkena HIV. Sebagai contohnya ia menyebutkan IMS seperti syphilis dan gonorrhea membuat virus HIV memiliki akses yang lebih mudah ke sel dan jaringan tubuh yang rentan.
Sesi kedua diawali dengan materi yang disampaikan oleh Adi Nugroho, SKM, MPH, Ph.D dari Universitas Lambung Mangkurat. Adi menyatakan bahwa kondom yang digunakan dengan konsisten dan secara benar dapat secara efektif hampir 100% melindungi dari HIV. Sayangnya, di Indonesia, mempromosikan kondom masih dianggap tabu dan bertentangan dengan kepercayaan tertentu. Selain itu, edukasi mengenai cara menggunakan kondom dengan benar masih perlu digalakkan lagi.
Pemateri berikutnya adalah dr. Bagus Rahmat Prabowo, MScPH dari United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) Indonesia. Bagus berbagi metode diagnosis baru dan tips efektif mengajak masyarakat untuk melakukan tes HIV. Bagus menyatakan bahwa pencegahan sekunder di rumah sakit tidak bisa berjalan sendiri, namun harus berkolaborasi dengan tim pencegahan primer di akar rumput. Selain itu, ia menyoroti pentingnya diagnosis dan tes HIV sebagai upaya deteksi dini dan tata laksana HIV. Bagus mendorong penyedia layanan kesehatan untuk mempromosikan tes HIV mandiri(HIV self-testing) guna mengurangi stigma terkait tes HIV.
Pemateri terakhir adalah dr. Yanri Wijayanti Subronto, Ph.D, SP.PD- KPTI yang menyampaikan materi tentang update tata laksana klinis HIV. Menurutnya, perawatan menyeluruh dari berbagai kalangan, dari komunitas hingga tenaga kesehatan di rumah sakit, penting untuk memberikan perawatan yang menyeluruh (holistik). Tidak lupa, Yanri memberikan apresiasi tertinggi bagi berbagai LSM yang terus mendampingi populasi kunci untuk mendapatkan pelayanan HIV dan IMS yang komprehensif.
Penyelenggara berharap seminar yang diadakan dalam rangka annual scientific meeting (ASM) 2023 ini berkontribusi dalam upaya pengendalian HIV dan IMS di Indonesia. Tidak hanya bagi peserta yang menghadiri seminar, penyelenggara akan membuat dokumentasi seminar yang diunggah di berbagai kanal agar pengetahuan yang disampaikan para pemateri dapat bermanfaat bagi lebih banyak kalangan.
Penulis: Wafir