Meski masih terbuka lebar Indonesia masih kekurangan entrepreneur di bidang peternakan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menyebut Indonesia memiliki rasio kewirausahaan 3,47 persen.
Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan Singapura (8,76 persen), Malaysia (4,74 persen), dan Thailand (4,26 persen). Melihat perbandingan tersebut generasi muda diharapkan harus berani keluar dari zona nyaman untuk menjadi entrepreneur yang inovatif.
“Saya sangat berharap ada peningkatan jumlah entrepreneur di bidang peternakan. Dengan jumlah entrepreneur yang banyak tentu akan membantu negara berdaulat pangan,” ujar Dr. drh. Isra Noor, M.M, founder sekaligus CEO PT. Fenanza Putra Perkasa (Fenanza Group), di Auditorium drh. R. Soepardjo, Kamis (16/3).
Menjadi pembicara kuliah umum bertema Dinamika Enterpreneur Peternakan Indonesia yang diselenggarakan Fakultas Peternakan UGM, ia menyampaikan para peternakan nasional saat ini dihadapkan pada permasalahan konsumsi bahan pangan sumber protein yang masih rendah dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara. Masih banyak bahan pangan yang diimpor guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Oleh karena itu, ia meminta para generasi muda dapat berperan untuk meningkatkan efisiensi industri peternakan melalui kewirausahaan yang dijalankan secara profesional. Fenanza Grup sendiri merupakan perusahaan asli Indonesia yang didirikan tahun 2012 dalam bidang produsen serta distributor premiks, feed additive serta produk farmasi.
Dalam kuliah umum ini sempat dilakukan penandatanganan kerja sama (Memorandum of Understanding) untuk memperkuat kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat antara Fakultas Peternakan UGM dan PT. PT. Fenanza Putra Perkasa. Dengan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri diharapkan membantu melahirkan insan-insan peternakan yang unggul dan inovatif.
Sebagaimana juga yang menjadi harapan Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng saat memberi sambutan. Kolaborasi dengan industri dapat membantu universitas dalam mengembangkan penelitian-penelitian strategis berdasarkan kebutuhan industri dan masyarakat.
“Mahasiswa pun dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai kebutuhan industri sehingga setelah lulus siap menghadapi dunia kerja. Selain itu, kerja sama ini juga akan membantu dalam pencapaian Indikator Kinerja Utama,” ucapnya.
drh. Fendy Fadillah Akbar, M.Sc. selaku Business Development Manager menambahkan Fenanza Group dalam kerja sama ini akan menjadi industry host dalam rangka mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk kegiatan magang dan praktisi mengajar. Bahkan sudah ada 3 mahasiswa yang akan melakukan program magang di bagian plant production dan peternakan unggas pada semester genap 2023.
“Selain itu, ada tiga orang praktisi yang akan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar melalui program praktisi mengajar,” ungkap Fendy Fadillah.
Dalam kerja sama ini Fenanza Grup dan Fakultas Peternakan UGM juga akan melaksanakan penelitian dalam pengembangan produk toxin binder berbahan dasar lokal (bentonite) melalui skema matching fund Kedaireka. Toxin binder ini merupakan bahan tambahan pakan yang memiliki peran penting untuk mencegah ternak unggas mengalami keracunan akibat mikotoksin karena cemaran jamur.
“Lebih dari 90 persen produk toxin binder di Indonesia merupakan produk impor, padahal Indonesia memiliki bahan baku dalam jumlah yang melimpah. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk toxin binder unggulan sehingga dapat dilakukan hilirisasi serta mengurangi produk impor,” imbuh Fendy Fadillah.
Penulis : Agung Nugroho