Awal bulan Novermber 2017 lalu, peneliti menemukan spesies baru orangutan di Sumatera Utara. Spesies yang kemudian disebut Orangutan Tapanuli ini berhabitat di perbukitan Batang Toru. Sayangnya, karena konservasi lahan untuk industri dan pertanian, habitat mereka pun terancam. Menanggapi isu tersebut, Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) bersama Orangutan Information Center (OIC), dan The Body Shop melakukan kampanye ke perguruan tinggi untuk mendukung perlindungan orangutan. Universitas Gadjah Mada menjadi salah satu tuan rumah dalam roadshow Peduli Orangutan Tapanuli yang sukses dilaksanakan secara luring pada Sabtu (25/3) di Auditorium Mandiri Fisipol UGM.
“Penemuan spesies Orangutan Tapanuli ini adalah suatu yang sangat penting dalam rangka penyelamatan. Isu ini tentunya perlu dan patut untuk direspons oleh mahasiswa dan perguruan tinggi. Saya menyambut baik inisiatif misi penyelamatan orangutan ini sebagai bentuk pelestarian alam,” ucap Dr. Arie Sudjito, S.Sos., M.Si. selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni Universitas Gadjah Mada.
Isu konservasi alam sudah menjadi masalah yang tak berujung. Berkembangnya industri seringkali mengakibatkan eksploitasi alam yang tidak berkelanjutan. Hal ini menyebabkan banyak spesies satwa yang kehilangan habitatnya, hingga mengalami kepunahan. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, orangutan merupakan satwa endemik yang keberadaannya hampir punah dan dilindungi negara. Sayangnya, masih banyak praktek jual-beli, pemeliharaan ilegal, hingga pembunuhan yang melibatkan orangutan.
“Kenapa kami memilih audiens nya mahasiswa? Tentu kedepannya adik-adik mahasiswa menjadi pemangku kebijakan. Harapannya, tumbuh kepedulian akan lingkungan. Saya yakin isu konservasi adalah isu kita bersama. Masalah perubahan iklim, keragaman hayati, populasi itu adalah masalah kita bersama kedepannya,” ungkap Direktur dan Kemitraan Yayasan Keanekaragaman Hayati, Rika Anggraini dalam sambutannya.
Dilansir oleh OIC Sumatera Utara, sepanjang tahun 2012-2022 terdapat 262 orangutan yang berhasil diselamatkan. 166 dari 177 orangutan berhasil diselamatkan, 81 diantaranya ditarik dari oknum yang memelihara orangutan secara ilegal, serta 4 lainnya tidak bisa bertahan hidup. Beberapa mayat orangutan yang ditemukan bahkan memiliki lubang peluru di tengkoraknya.
“Karena habitat mereka digusur, terpaksa mereka harus mencari makan ke pedesaan. Masyarakat masih banyak yang menganggap mereka hama karena mengambil hasil panen dan buah-buahan. Jadi banyak yang akhirnya ditembak mati,” tutur Fransisca Ariantiningsih dari OIC.
Roadshow Peduli Orangutan Tapanuli ini dikemas dengan santai dan fun, untuk menarik minat anak muda agar ikut berkampanye melindungi keberadaan orangutan. Tak hanya talkshow dengan beberapa narasumber, acara ini menghadirkan berbagai games berhadiah yang unik sekaligus meramaikan suasana.
Penulis: Tasya