Pemimpin hendaknya dapat memberikan keteladanan sebagai panutan bagi bawahan sehingga menjadi pemimpin yang karismatik. Pemimpin hendaknya dapat mendorong bawahan untuk berperilaku kreatif, inovatif dan mampu memecahkan masalah dengan pendekatan baru. Selain itu, pemimpin hendaknya juga peduli pada permasalahan yang dihadapi bawahan serta selalu memberikan motivasi agar supaya dapat meningkatkan kinerja.
Demikian bagian akhir desertasi Drs. Muh. Su’ud, SE.,MM berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional, Pemberdayaan dan Komitmen Pada Kinerjaâ€. Dosen STIE Widya Wiwaha, Yogyakarta mengatakan hal itu, saat ujian program doktor UGM bidang ilmu ekonomi, Senin (7/4) di Auditorium BRI Program M.Si dan Doktor FEB UGM dengan bertindak selaku promotor Prof. Dr. Asip F Hadipranata dan ko-promotor Prof. Dr. Djamaludin Ancok, MA serta Dr. T. Hani Handoko, MBA.
Hasil penelitian Muh. Suud menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kinerja. Ditinjau dari teori social identity, bawahan mengiden-tifikasi diri pada pemimpin melalui dimensi idealized influence. Dalam konteks ini, pemimpin transformasional dapat berperan sebagai pemeran model dalam proses pembentukan keyakinan, perasaan dan perilaku bawahan, sehingga bawahan meniru keyakinan, perasaan dan perilaku pemimpin.
Ia juga mengungkapkan hubungan antara kepemimpinan transaksional dan kinerja tidak signifikan. Ditinjau dari teori self eficiency, tidak adanya pengaruh kepemimpinan pada kinerja tersebut mengisyaratkan bahwa, kepemimpinan transaksional yang menekankan pada pemberian imbalan kontinjen dan sangsi atau hukuman dalam upaya bawahan mencapai kinerja tidak dapat mendorong bawahan untuk menumbuhkan rasa mampu berkinerja seperti yang diharapkan.
Dari penelitiannya di 35 perusahaan manufaktur di delapan kabupaten dan dua kota Jawa Tengah dan DIY menunjukkan, kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional tidak berpengaruh secara signifikan pada pemberdayaan.
“Ditinjau dari perspektif teori Subtitute for Leadership, perusahaan-perusahaan yang menjadi obyek penelitian merupakan perusahaan manufaktur yang berskala besar dan menengah dengan struktur organisasi yang tersusun secara formal dengan baik, pembagian tugas yang jelas dan individu-individu bawahan yang bekerja secara profesional. Kondisi perusahaan yang demikian memungkinkan peran kepemimpinan menjadi netral sehingga pengaruh kepemimpinan pada pemberdayaan bawahan menjadi rendah,†tandas promovendus, pria kelahiran Jepara, 9 Desember 1952 ini. (Humas UGM)