
Sebanyak 236 lulusan UGM bekerja di PT Freeport Indonesia dan empat diantaranya berada di jajaran top manajemen. Dengan adanya para alumni diharapkan akan memperkuat kolaborasi dengan almamater dalam segala bidang, magang kerja, kolaborasi riset bahkan memperluas akses bagi lulusan UGM untuk bekerja di perusahaan pertambangan yang sudah beroperasi selama hampir 60 tahun di Kabupaten Mimika, Papua Barat.
Rektor UGM Prof Ova Emilia, mengaku senang dan bangga dengan para alumni yang berkiprah di industri pertambangan Freeport Indonesia. Menurutnya kontribusi alumni ini bisa meningkatkan reputasi UGM dalam mendorong kualitas lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi dan profesionalitas masing-masing. “Kerja sama dengan alumni di Freeport bisa diteruskan terumana pengembangan SDM dan pemberian beasiswa, bisa pengembangan talenta adapun di bidang CSR maupun pengembangan untuk masyarakat di sii, saya lihat potensi ini luar biasa,” kata Ova dalam silaturahmi dengan para alumni yang bekerja di Freeport di Hotel Rimba Papua Hotel, Timika, Papua Barat, Kamis (24/7) malam.
Vice President Tax PT Freeport Indonesia, Mukhlis Ishak, bercerita tentang pengalamannya saat kuliah di kampus UGM. Dirinya sudah bekerja belasan tahun di Freeport ini merupakan lulusan FEB UGM angkatan 1991. Ia mengaku lulus dari UGM tahun 1997, karena banyak menghabiskan waktu aktif di organisasi Senat Mahasiswa tingkat Fakultas. “Dulu, kalau pulang kampung, saya sering diingatkan oleh orang tua, jangan ikut demo, pernah aktif di ikatan BEM dan Senat Ekonomi seluruh Indonesia, pada periode itu jarang di kampus dan sempat ikut student exchange di Singapura,” kenanganya.
Masa kuliah bagi Muklis merupakan waktu yang sangat menyenangkan karena ia berhasil menempa dirinya untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam berinteraksi dengan rakyat dan memimpin organisasi sehingga memiliki banyak relasi dan jejaring.
Dalam kesempatan itu, Mukhlis menyampaikan rasa bangnganya menjadi lulusan UGM karena hingga sampai saat ini masih mempertahankan program Kuliah Kerja Nyata. “Yang saya bangga, UGM menjadi pelopor pengabdian kepada masyarakat yang smapai saat ini tetap dipertahankan dimana di berbagai kampus kampus mengurangi program KKN diganti alternatif lain,” ujarnya.
Menurutnya, program KKN selayaknya dipertahankan. Sebab, program ini memberi pengalaman bagi mahasiswa untuk berinteraksi dan mengaplikasikan ilmunya di masyarakat. “Saya kira harus dipertahankan, KKN menjadi kebanggan kita sebagai alumni, KKN itu menjadi tempat kami untuk menempa diri,” jelasnya.
Yang menarik, ujar Muklis, masyarakat desa selalu menganggap mahasiswa KKN itu merupakan orang yang terampil dan serba bisa dalam menyelesaikan berbagai persoalan sehingga menjadi tantangan tersendiri. “Masyarakat desa selalu menganggap mahasiswa itu serba bisa, itu yang kadang membuat saya dan alumni lain bangga dengan program ini,” katanya.
Ia berharap, dengan kolaborasi antara UGM dengan Freeport Indonesia diharapkan akan meningkatkan jumlah lulusan UGM yang diterima bekerja di perusahaan tambang ini. “Ke depan semakin banyak lulusan yang bergabung di Freeport dan tugas kami para alumni membangun jejaring sesama alumni mendorong alumni bisa berpartisipasi dalam rekrutmen secara periodik yang dilakukan oleh perusahaan,” harapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Vice President Corporate Communication, Katri Krisnati. Alumnus UGM dari prodi Arsitektur tahun 1997 menuturkan kebanggannya terhadap UGM yang mendidik mahasiswanya yang selalu memiliki etos kerja dan dedikasi yang kuat dalam bekerja untuk masyarakat.
Penulis : Gusti Grehenson