Sebagai wujud kerja sama dengan Kedutaan Besar Norwegia, Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM selama dua minggu mengadakan aktivitas riset komparatif mengenai kekuasaan, demokrasi, dan kesejahteraan di beberapa negara. Dalam kegiatan yang bertajuk program “Power and Welfare and Democracy in Indonesia†ini, rombongan peneliti Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM melakukan kunjungan ke beberapa negara Asia, seperti India, Filipina, dan Korea Selatan.
Menurut Wawan Mas’udi, S.I.P., M.P.P., Sekretaris Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, kegiatan riset komparatif yang dimulai sejak 24 Mei 2010 ini bertujuan untuk menemukan pengalaman-pengalaman riil negara-negara yang dikunjungi terkait dengan pengelolaan demokrasi dan kesejahteraan.
Sudah menjadi pengetahuan umum, praktik demokrasi di Indonesia selama satu dasawarsa terakhir ini belum juga mampu membawa masyarakat pada taraf kesejahteraan sebagaimana yang diharapkan. “Dengan belajar dari negara-negara itu diharapkan menemukan inspirasi-inspirasi baru dalam mengelola kesejahteraan yang demokratis,” ujarnya di kampus UGM, Selasa (8/6), saat memberikan keterangan seputar kunjungan tersebut.
Dikatakan Wawan bahwa saat berkunjung di India, tim riset UGM dipimpin oleh Dr. Purwo Santoso M.A., dengan anggota Novadona Bayo, Willy Purna Samadhi, A.A.G.N. Ari Dwipayana, dan Debi Prabawati. Dalam aktivitasnya, tim peneliti memfokuskan pengamatan pada daerah yang dianggap sebagai ikon tradisi gerakan sosial, yaitu Kerala. Di daerah ini, tim melakukan berbagai wawancara dan observasi dengan sejumlah kalangan. Di India, tim berhasil menemukan sebentuk bangunan sistem demokratis yang menarik. “Yaitu bagaimana proses partisipatoris dalam pengembangan kebijakan-kebijakan ternyata bisa menjadi elemen penting bagi pembentukan demokrasi yang menyejahterakan,” jelasnya.
Sementara itu, saat berada di Filipina, tim peneliti UGM banyak belajar tentang berbagai kasus di negara tersebut terkait dengan proses pelembagaan gerakan sosial yang akhirnya menjadi gerakan politik. Tim peneliti dipimpin oleh Cornelis Lay, dengan anggota Nanang Indra Kurniawan, Bayu Dardias, Eric Hiariej, dan Miftah Adhi Ikhsanto. “Di ibukota Manila, tim peneliti berhasil menemui berbagai aktivis dari kalangan serikat buruh, akademisi, LSM, koperasi, dan masyarakat miskin kota,” terangnya.
Temuan pun semakin lengkap manakala tim peneliti melakukan penelitian di Korea Selatan. Di negeri ginseng ini tim peneliti berhasil menggali berbagai aspek penting yang berkaitan dengan proses industrialisasi dan peletakan dasar-dasar sistem kesejahteraan. Di negara ini, tim peneliti yang terdiri atas Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc. didampingi Wawan Mas’udi, A.E. Priyono, Hasrul Hanif, dan Abdul Gaffar Karim, berhasil menjaring pendapat dari para tokoh akademisi terkemuka di sejumlah perguruan tinggi, seperti di Universitas Hankuk, Sogang, Yonsei, dan Dongguk. Selain itu, tim berhasil pula menjaring pendapat dari beberapa LSM terkemuka yang menjadi narasumber penting dalam kajian ini.
Melalui kajian komparatif dalam payung â€Power, Welfare, and Democracy in Indonesia†ini, Wawan Mas’udi berharap dapat menemukan berbagai problema, inspirasi, dan potensi pengembangan bagi demokrasi yang menyejahterakan di Indonesia. “Ujung-ujungnya, dari kegiatan besar ini mampu membangun kesadaran bersama di antara berbagai pelaku-pelaku politik untuk mendorong perubahan di Indonesia,” pungkas Wawan. (Humas UGM/ Agung)