Hari raya lebaran selalu identik dengan pakaian baru, kue dan ketupat lebaran. Tidak heran di saat menjelang lebaran masyarakat berbondong-bondong datang ke pasar, supermarket hingga mal untuk berbelanja kebutuhan. Belanja lebaran jika tidak dikelola dengan bijak dengan menahan diri untuk banyak berbelanja bisa menyebabkan pengeluaran jadi berlebihan bahkan bisa menguras isi kantong.
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Akhmad Akbar Susamto, S.E., M.Phil., Ph.D., menyampaikan bahwa setiap orang dapat berhemat dengan mengelola keuangan dengan bijak dan tidak dihabiskan sepenuhnya untuk kebutuhan lebaran dengan membuat perencanaan anggaran dengan kebutuhan skala prioritas. “Mulailah dengan membuat anggaran dan prioritas untuk pengeluaran Idulfitri termasuk zakat, sedekah, hadiah, pakaian, makanan dan aktivitas lainnya. Ini akan membantu menghindari pengeluaran berlebihan dan menjaga keuangan tetap terkendali,” kata Akbar, Rabu (12/4).
Ia menyarankan sebaiknya melakukan belanja lebaran lebih awal karena dengan berbelanja lebih awal sebelum mendekati hari H lebaran justru dapat menghindarkan dari sikap ketergesa-gesaan dengan tawaran harga barang kebutuhan yang lebih tinggi. “Bandingkan harganya, cari obral dan diskon jika memungkinkan,”jelasnya.
Selain itu, saat belanja lebaran sebaiknya difokuskan pada hal-hal fungsional saja. Sementara itu, untuk kebutuhan lain yang bersifat tidak fungsional sebaiknya dihindari.
Apabila memiliki kelebihan uang, ia menyarankan untuk digunakan membantu masyarakat yang membutuhkan atau bersedekah. Tidak sedikit di sekitar lingkungan tempat tinggal kita pendapatannya menurun karena dampak pandemi atau menjadi korban PHK. “Jika ada kelebihan uang sangat disarankan untuk membantu yang kesusahan,” tuturnya.
Namun, yang tidak kalah lebih penting dalam kondisi sekarang ini alangkah baiknya kita lebih menjaga dan mengedepankan kesederhanaan dan fokus pada semangat Idulfitri yang sebenarnya, yaitu silaturahmi, serta menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman untuk saling maaf memaafkan.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Freepik