Budaya mudik atau pulang kampung di Hari Raya Idulfitri telah menjadi tradisi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Seiring meredanya pandemi Covid-19 dan membaiknya berbagai sektor di Indonesia dengan dilakukan penghapusan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) maka banyak hal yang harus dipersiapkan untuk kelancaran mudik tahun ini.
Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan menyebut jumlah pemudik di tahun 2023 ini diprediksi mencapai 123,8 juta orang. Dengan potensi pergerakan asal perjalanan terbanyak adalah Pulau Jawa yang mencapai 62,5 persen atau 77,3 juta orang.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan juga memperkirakan jenis moda transportasi darat berupa mobil pribadi diperkirakan akan mendominasi dengan angka mencapai 22,07 persen atau 32 juta orang pengguna. Sedangkan sepeda motor 20,3 persen atau 25,13 juta orang, bus 18,39 persen atau 22, 77 juta orang, kereta api antarkota 11,69 persen atau 14, 47 juta orang, dan mobil rental (sewa) 7,7 persen atau 9, 53 juta orang.
Dr. Dewanti., M.S, Sekretaris Pustral UGM, mengatakan sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang harus dipersiapkan secara matang karena aktivitas mobilitas masyarakat akan jauh meningkat di masa mudik lebaran. Aktivitas mudik ini, menurutnya, perlu diantisipasi karena dapat menimbulkan berbagai masalah lalu lintas misalnya meningkatnya kemacetan dan kasus kecelakaan yang dapat menyebabkan jatuhnya korban.
“Berbagai persiapan dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi lonjakan arus mudik, salah satunya dengan memajukan cuti bersama dan program mudik gratis dari Kemenhub yang dikhususkan bagi pengguna sepeda motor. Program ini tentunya memungkinkan untuk mengangkut penumpang dengan bus, kereta api, dan kapal, sedangkan sepeda motor akan diangkut dengan truk, atau kereta api serta kapal laut,” ujarnya di Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM, Kamis (13/4) saat berlangsung webinar bertema Inovasi Kebijakan Ruang Kota dan Transportasi untuk Mudik Lancar, Aman, dan Selamat.
Dalam Webinar yang diselenggarakan Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM dan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Dewanti mengungkapkan kegiatan mudik adalah sebuah kegiatan yang sudah biasa terjadi setiap tahun. Mudik sebagai sebuah mega event memang perlu dipikirkan. Berbagai upaya perlu dilakukan agar mampu memberikan inovasi untuk kebijakan yang tepat dalam rangka memberikan masukan terkait pengaturan mudik yang tidak hanya mengupas dari sisi lalu lintas saja, namun juga aspek tata ruang wilayah.
“Saya memang berharap webinar ini menjadi media diskusi para stakeholder mengenai bagaimana gagasan inovasi kebijakan Ruang Kota dan Transportasi untuk mudik tahun 2023 dapat berjalan lancar, aman, dan selamat,” ucapnya.
Harapan sama disampaikan Tory Damantoro, ST., M.Sc., MPPM, Ketua Masyarakat Trasportasi Indonesia. Ia berharap dari berbagai diskusi dilakukan dapat memberikan pandangan baru dalam penanganan terkait mudik tahun ini. Karena bagaimanapun lonjakan jumlah pemudik perlu diantisipasi dengan berbagai upaya yang tentunya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Penanganan mudik tidak terlepas dari penanganan ruang perkotaan dan ini sering luput dari pemikiran karena terfokus pada aspek pengaturan transportasi,” katanya.
Ir. Dwi Ardianta Kurniawan., ST., M. Sc, peneliti dari Pustral UGM, menambahkan diperlukan kesiapan infrastruktur transportasi yang efisien dalam mendukung kelancaran arus mudik tahun 2023. Menurutnya, penting menyangkut kesamaan data, sebab data sangat berarti sebagai input analisis dalam perumusan kebijakan.
Ia sepakat mudik sebagai perjalanan yang bersifat captive melibatkan pengguna dalam skala masif dan ini akan terus tumbuh di masa mendatang. Pola penggunaan moda berbeda dengan pola penggunaan moda di luar lebaran, dengan modal split yang relatif merata mengindikasikan tingginya perjalanan dalam jarak menengah dan jauh.
“Sebagai perjalanan tahunan, sangat dimungkinkan kapasitas infrastruktur dan sarana yang disediakan terlampaui, meskipun demikian, penyediaan infrastruktur harus dilakukan dengan memperhatikan efisiensi. Di luar pengembangan infrastruktur, strategi manajemen lalu lintas merupakan upaya yang efisien dan efektif untuk mengatur demand perjalanan sehingga relatif merata,” terangnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Mobil.id