Jelang peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi, Dewan Guru Besar, kembali mengadakan diskusi bulanan “Pemikiran Bulaksumur #23: Peran Keilmuan dalam Mencerdaskan Bangsa” pada Senin (17/4). Diskusi ini menghadirkan para ahli serta Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., secara daring, dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Universitas Gadjah Mada.
Perkembangan pendidikan Indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan pribumi untuk mendapatkan kesetaraan dalam keilmuan, dan menjadi modal bagi kemerdekaan bangsa. Merancang sistem pendidikan bukan perkara mudah. Sejak tahun ke tahun, berbagai perubahan telah dirancang untuk menemukan sistem pendidikan yang tepat sesuai masanya. Hal ini perlu diperhatikan karena pendidikan berperan besar dalam menopang keilmuan sebagai dasar kemajuan bangsa.
Perguruan tinggi sebagai jenjang pendidikan lanjutan tidak terlepas dari perannya membentuk karakter generasi penerus bangsa. “Selain untuk mencapai kemampuan kognitif yang lebih tinggi, di perguruan tinggi juga diharapkan anak-anak bangsa dapat mencapai mindset enterpreneur, siap melahirkan hal-hal baru dan menjadi agen perubahan saat dia keluar dari bangku pendidikan,” ucap Ova. Selain itu, perguruan tinggi memiliki posisi strategis untuk mengkaji berbagai permasalahan, seperti masalah sistem, kebijakan, masyarakat, dan lain-lain. Perguruan tinggi harus menjadi ruang kebebasan bagi civitas akademikanya untuk melakukan kajian, kritik, masukan, bagi pihak-pihak di sekitarnya.
“Ada beberapa tantangan pendidikan yang perlu kita cermati saat ini. Bonus demografi adalah salah satu tantangan terbesar, di mana ini menjadi beban bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan calon pemikir generasi muda dalam jumlah yang besar,” tutur Ova. Tantangan ini akan menciptakan kompetisi yang lebih ketat dari sebelumnya. Tak hanya soal jumlah, disrupsi teknologi dan pemerataan pendidikan menjadi tantangan lain yang berpotensi menciptakan pendidikan yang tidak inklusif.
Peran dan persoalan pendidikan juga disampaikan oleh Direktur Program Doktor, Arsitektur dan Perencanaan teknik UGM, Prof. Dr. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D. Ia menjelaskan, negara memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Arti kata “cerdas” tidak hanya bermakna pandai secara kognitif saja, tapi juga memiliki akal budi dan karakter kebangsaan yang cerdas.
“Salah satu kunci kecerdasan bangsa ini dipegang oleh perempuan. Perempuan sebagai pengasuh dan pemberi kehidupan bagi anak-anak bangsa. Sayangnya, keterlibatan perempuan di beberapa bidang masih sangat rendah,” kata Wiendu. Ia menambahkan, eksistensi perempuan dapat menjadi dasar refleksi bagi pendidikan nasional untuk berbenah. Dorongan bagi perempuan untuk mengenyam pendidikan yang setara dengan laki-laki harus terfasilitasi dengan baik. Nantinya, perempuan inilah yang akan melahirkan generasi penerus bangsa dengan kecerdasan kognitif dan akal budi yang baik.
Penulis: Tasya