Krisis biodiversitas akibat kerusakan habitat, alih fungsi lahan, dan eksploitasi yang berlebihan menjadi perhatian banyak pihak. Kondisi ini bukan hanya menjadi ancaman terhadap kelestarian tumbuhan namun juga berdampak secara langsung terhadap manusia.
Taksonomi tumbuhan menjadi disiplin Biologi yang menduduki posisi sentral dan fundamental, dan menghadapi tuntutan peran untuk mampu menghasilkan data spesies secara lengkap, akurat, dan mutakhir dalam waktu yang cepat untuk mengimbangi laju penurunan biodiversitas. Namun, disiplin ini justru mengalami banyak tantangan dalam pengembangannya.
Tantangan yang dihadapi mulai dari kurangnya dukungan kebijakan terhadap penelitian dasar bidang taksonomi, baik dalam hal pendanaan maupun infrastruktur; minat yang rendah untuk menekuni karier sebagai taksonomis, hingga penghargaan terhadap publikasi taksonomi yang umumnya tidak memiliki indeks sitasi tinggi.
“Publikasi dalam format monograf atau revisi taksonomi yang menyitir karya ilmiah berumur puluhan bahkan ratusan tahun seringkali hanya dapat diakomodir oleh jurnal yang ruang lingkupnya murni Taksonomi, yang jumlahnya tidak banyak. Hal ini jelas merupakan suatu ironi saat seluruh dunia menaruh perhatian besar terhadap isu biodiversitas,” papar Prof. Dr. Dra. Ratna Susandarini, M.Sc. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi UGM, Selasa (6/6).
Pidato yang ia sampaikan berjudul “Peran, Tantangan, dan Transformasi Taksonomi Tumbuhan di Era Teknologi Informasi dan Digital”. Ratna menuturkan, untuk merespons tantangan yang dihadapi taksonomi diperlukan transformasi menuju terwujudnya taksonomi integratif.
Menurutnya, tuntutan untuk menyediakan basis data taksonomi yang berisi informasi kredibel mengenai keanekaragaman spesies dengan segala karakteristik dan potensinya dengan aksesibilitas tinggi saat ini semakin besar dan mendesak dalam situasi penurunan biodiversitas di depan mata.
“Taksonomi tumbuhan yang berada pada lini terdepan dalam menyediakan data kekayaan spesies dan distribusinya harus melakukan perubahan mendasar dengan memanfaatkan teknologi informasi dan digital dalam mewujudkan misinya. Transformasi taksonomi harus dilakukan, dan kemajuan teknologi saat ini sangat mendukung hal tersebut,” imbuhnya.
Ratna menerangkan, teknologi digital untuk merekam data spesimen hingga ke detail terkecil juga telah tersedia dan menjadi penunjang tercapainya tujuan pendokumentasian spesies hingga ke level sel. Digitalisasi sumber daya taksonomi, baik berupa koleksi spesimen maupun hasil-hasil penelitian interdisipliner dengan data mulai dari morfologi hingga genomik, filogenetik, dan ekologi, yang diintegrasikan dengan dukungan teknologi informatika dan komputasi merupakan langkah nyata transformasi taksonomi.