JOGJA (KU) – Center of Indigenous and Cultural Psychology (CICP) atau Pusat Kajian Psikologi Indigenous dan Budaya UGM berencana menyelenggarakan The First International Conference of Indigenous and Cultural Psychology pada tanggal 24-27 Juli 2010.
Sedikitnya 300 peserta yang berasal dari 28 negara direncanakan hadir dalam konferensi tersebut. Para peserta datang dari, antara lain, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Inggris, Polandia, Afrika Selatan, Mesir, Sudan, Kenya, dan New Zealand. “Para peserta konferensi akan mengkaji berbagai isu sosial, budaya, seni, pendidikan, dan klinis dari sudut pandang indigenous psychology,” kata Dr. Kwartarini W. Yuniarti kepada wartawan di Fakultas Psikologi UGM, Selasa (15/6).
Kwartarini mengatakan para peserta yang berdatangan dari berbagai benua tersebut akan belajar mengenai keanekaragaman di Indonesia. Kekayaan etnis dan kultur lebih dari 300 bahasa dan 700 dialek bahasa tutur menjadikan Indonesia sebagai negara multietnis dan multikultural yang dapat hidup harmonis. Keunikan inilah yang menjadi kajian akademisi untuk mengetahui lebih jauh tentang psikologi masyarakat Indonesia. “Selama ini, ilmu psikologi berasal dari barat. Psikologi belum tumbuh dari masyarakat Indonesia sendiri,” ujarnya.
Beberapa pakar psikologi yang akan hadir mempresentasikan makalahnya, di antaranya Prof. Dr. Faturrohman, Prof. Dr. Djamaludin Ancok, Helly P. Soetjipto, Dr. Subandi, Prof. Uichol Kim (Korea Selatan), Prof. Kwang-Kuo Hwang (Taiwan), Prof. Girishwar Miswar (India), Prof. Susumu Yamaguchi (Jepang), dan Prof. Albert Bandura (Amerika Serikat). (Humas UGM/Gusti Grehenson)