Saat ini banyak terjadi kasus kekerasan, baik yang dilakukan oleh orang dewasa maupun anak-anak. Dari semuanya, tren kekerasan di kalangan pelajar tampaknya perlu mendapatkan perhatian agar dapat dikendalikan dan ditekan seminimal mungkin. Peristiwa-peristiwa kekerasan yang merebak menunjukkan hilangnya jati diri bangsa.
Guna memulihkan citra bangsa, energi potensial yang dimiliki dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup di atas nilai-nilai yang membawa kelangsungan hidup yang beradab, atau dikenal dengan kearifan lokal, kiranya perlu digali kembali. Karya sastra anak yang sarat dengan kearifan memberikan faedah kepada generasi, baik tua maupun muda, untuk membangun peradaban bangsa.
Demikian dikatakan Dr. Siti Hariti Sastriyani, dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM, saat berlangsung “Pelatihan Penciptaan Komik Berbasis Kearifan Lokal bagi Siswa SMP” di Aula Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Sabtu (19/6). Selaku Ketua Pelaksanaan Penelitian Hibah Kompetensi Penelitian Strategis Nasional, Siti Hariti menggandeng Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk pelaksanaan pelatihan.
Siti Hariti berharap melalui pelatihan tersebut dapat tercipta komik bergambar berbasis kearifan lokal untuk peradaban manusia. Dengan begitu, karya-karya tersebut layak untuk dikomersialkan dalam rangka mendukung industri kreatif. “Kegiatan ini merupakan lanjutan penelitian karya sastra anak berbasis kearifan lokal,” ujarnya di sela-sela pelatihan.
Dalam rangka penciptaan komik karya sastra anak berbasis kearifan lokal ini, para siswa SMP lebih banyak menggunakan teknik keterampilan proses. Komik dipilih karena menampilkan gambar dan bahasa yang berciri khas humanistik, lucu, aneh, singkat, dan menyenangkan. Selain itu, komik dinilai sebagai sarana komunikasi untuk penyampaian cerita, pesan, konsep, dan visi kehidupan yang mengandaikan kedekatan publik. “Pesan itu dibungkus dengan cara ringan berupa lambang-lambang yang bermakna,” jelas Siti Hariti.
Sebanyak 16 siswa SMP Kota Yogyakarta yang mengikuti pelatihan berupaya mencipta komik. Para siswa tersebut adalah juga yang pernah menulis cerpen berbasis lokal. Dalam mencipta komik, mereka bekerja sama dengan 16 siswa SMP lainnya yang memiliki bakat dan minat menggambar. “Dengan bimbingan seorang guru, maka setelah komik dalam bahasa Indonesia tercipta, komik tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis oleh mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris dan Bahasa Perancis,” katanya.
Bahasa Inggris dipilih karena menjadi bahasa internasional, sementara bahasa Perancis dianggap sebagai bahasa kedua dalam percakapan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di samping itu, bahasa Perancis telah digunakan di wilayah francophone yang cakupannya cukup luas. Dengan penerjemahan komik berbasis kearifan lokal Indonesia, diharapkan dapat dibaca oleh masyarakat internasional sehingga menciptakan ‘lo-glo’ (lokal-global). Artinya, kearifan lokal Indonesia mampu dibawa ke dunia internasional dalam rangka globalisasi.
“Kami berharap dengan komik memudahkan para pembaca di mancanegara mencerna isi pesan yang terkandung di dalamnya. Selain itu, pengembangan model penciptaan komik cerita anak berbasis kearifan lokal dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Perancis diharapkan layak dikomersialkan dalam rangka mendukung industri kreatif,” terangnya.
Di bagian akhir pelatihan, Siti Hariti berharap penelitiannya dapat memberikan sumbangsih kepada pemerintah, masyarakat, dan bangsa Indonesia yang sedang menghadapi berbagai permasalahan, bangsa yang tengah merasakan ‘kehilangan jati diri’, ‘kehilangan potensi diri’, tindak kekerasan, dan sebagainya. “Oleh karena itu, dalam rangka membangun masyarakat madani atau civil society, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kreativitas penciptaan karya sastra untuk meningkatkan industri sastra dan meningkatkan promosi kearifan lokal Indonesia kepada dunia internasional sehingga menjadi daya tarik bangsa lain untuk belajar tentang Indonesia,” pungkasnya. (Humas UGM/ Agung)