YOGYAKARTA-Monolog berjudul “Wanci” berhasil menjadi juara I dalam seleksi tingkat daerah untuk menuju seleksi Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) X yang akan berlangsung pada 24-29 Juli 2010 mendatang di Pontianak, Kalimantan Barat. Dalam seleksi yang digelar 16 Juni lalu, UGM yang diwakili oleh Welcy Fine (mahasiswi Jurusan Sastra Perancis, angkatan 2009) dengan monolog “Wanci”-nya berhasil mengalahkan lawan-lawan yang berasal dari beberapa perguruan tinggi di DIY.
“Ada sekitar sebelas tim dari beberapa perguruan tinggi di DIY dalam seleksi tingkat daerah kemarin. Akhirnya, dari tiga tim UGM yang dikirim, monolog “Wanci” UGM berhasil menjadi juara I dan akan mewakili DIY di Peksiminas X mendatang,” kata sutradara “Wanci”, Heri ‘Ucil’ (alumnus Jurusan Teknik Mesin UGM, angkatan 1999).
Ditambahkan Ucil, sebenarnya selain “Wanci”, UGM juga mengirimkan dua tim monolog lainnya, yakni Khamdan Primandaru (Fakultas Kehutanan, 2006) dengan judul “Topeng” dan Firdaus Tegar Firmanto (Jurusan Sastra Indonesia, 2007) dengan judul “Trik”. Namun, keduanya tersisih dalam seleksi kemarin. “Dari tiga tim monolog, hanya “Wanci” yang juara I, sedangkan lainnya tersisih,” terangnya.
Sementara itu, Welcy Fine yang menampilkan monolog dengan durasi sekitar 15 -20 menit mengaku cukup terkejut dengan hasil yang diraihnya. Meskipun sudah aktif di Teater Gadjah Mada, dirinya baru pertama kali mementaskan monolog. “Lumayan terkejut karena baru pertama memerankan. Selain itu, lawan-lawannya juga sudah cukup senior dan pengalaman,” kata Welcy. Di samping itu, waktu untuk persiapan seleksi di Universitas Kristen Duta Wacana pada 16 Juni lalu termasuk mepet, yakni sekitar lima hari saja.
Welcy juga optimis dapat meraih juara dalam Peksiminas X mendatang. Saat ini, dirinya terus giat berlatih, khususnya untuk menyiasati vokalnya yang masih kekanak-kanakan. “Saya memerankan perempuan usia 30 tahun, tapi suara saya masih seperti anak-anak sehingga selain olah tubuh saya harus giat berlatih olah vokal. Tapi, harus optimis menang,” ujar mahasiswi kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat, 27 Mei 1992 ini.
Ajang Peksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Nasional) bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan praktik mahasiswa dalam menumbuhkan apresiasi terhadap seni, meliputi seni suara, seni pertunjukkan, penulisan sastra, seni rupa, dan lain-lain. Kegiatan Peksiminas untuk pertama kalinya diselenggarakan di Kota Surakarta pada tahun 1991. Selain monolog, beberapa tangkai lomba dalam Peksiminas ialah seni lukis, penulisan cerpen, lomba menyanyi dangdut, pop, dan keroncong.
Tentang “Wanci”, monolog ini secara garis besar mengisahkan perjalanan hidup seorang perempun bernama Icih Prihatini yang ingin keluar dari lingkaran masa lalu keluarganya yang hitam. Bapak dan ibunya adalah germo dan mucikari. Icih menjadi seorang penari untuk dapat keluar dari lingkaran tersebut, sebelum akhirnya memiliki suami dengan tiga anak.
Namun dalam perkawinannya, lingkaran hitam masa lalu keluarga Icih masih saja muncul. Sang suami yang mengaku bekerja sebagai satpam ternyata juga seorang germo. Anak perempuannya sempat menjadi korban pemerkosaan, sedangkan anak sulungnya masuk penjara gara-gara membela si adik dengan menghajar si pemerkosa. Selanjutnya, anak perempuannya harus rela menjadi pelacur untuk dapat mengeluarkan si kakak dari penjara. Akhirnya, dalam kisah itu, Icih harus pergi dengan anak bungsunya sebelum akhirnya mereka dipisahkan karena dianggap gila oleh masyarakat. (Humas UGM/Satria)