JOGJAKARTA (KU) – Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, dan Selandia Baru kerjasama dalam pemanfaatan energi geothermal di Indonesia. Kerjasama tersebut diwujudkan dalam bentuk transfer pengetahuan dengan lembaga pendidikan dan riset di bidang geothermal Selandia baru, Geothermal Newzealand Science (GNS) dan The University of Auckland. “Kita menyadari geotheramal merupakan potensi besar yang dimiliki Indonesia, tapi belum dimanfaatkan secara optimal. Kontribusi mereka mengirim pengajar ke UGM dalam pengembangan capacity building bidang geothermal,” kata Dekan FT UGM Dr. Tumiran, usai mendampingi Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia David Taylor bertemu Rektor UGM prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng,Ph.D, Senin (12/7).
Diakui Anggota Dewan Energi Nasioanl (DEN) ini, di Selandia Baru, pemanfaatan energi geothermal relative cukup maju. Namun demikian, pemanfaatan energi ini dibandingkan di Indonesia masih relatif kecil. “Di Selandia baru baru memanfaatkan 600 Mega watt, Indonesia sudah hampir 1200 MW yang sudah dimanfaatkan,” kata Tumiran seraya menambahkan potensi geothermal Indonesia mencapai 28 ribu MW.
Keseriusan Pemerintah Indonesia melirik potensi energi geothermal ini, kata Tumiran, dikarenakan melambungnya harga minyak bumi dan batu bara yang sebelumnya cukup melimpah dan murah. “Dulu belum dimanfaatkan karena memandang minyak dan batu bara murah. Karena semuanya naik, maka pemerintah berpikir untuk memanfaatkan energi ini. Harapannya Tahun 2025, 9500 Megawatt geothermal yang terpasang,” kata pakar kelistrikan UGM ini.
Sementara Pertemuan Dubes Selandia baru dengan Rektor, keduanya sepakat untuk mengembangkan kerjasama yang lebih luas lagi. Tidak menutup kemungkinan, juga dibuka kerjasama bidang manajemen bencana dan lingkungan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)