JOGJAKARTA (KU) – Mantan Wapres RI Jusuf Kalla (JK) hadir menjadi pembicara dalam kuliah umum di depan puluhan mahasiswa asing dari 22 negara di dunia yang tengah mengikuti International Students Summer Program, DREAM 2010, di FEB UGM, Selasa (13/7). Dalam kesempatan tersebut, JK berbicara panjang lebar tentang pengembangan ekonomi kreatif dalam ranah pariwisata. Menurut JK, sumber daya alam melimpah seperti yang dimiliki Indonesia dapat dikembangkan untuk mengembangkan ekonomi kreatif.
“Sektor yang paling potensial untuk pengembangan ekonomi kreatif saat ini terletak pada bidang pariwisata. Dimana pada sektor tersebut segala aspek dan segala bentuk dapat diubah dan memiliki nilai jual ketika diberikan sentuhan kreatifitas,” kata Jusuf Kalla. Dalam pemaparannya, JK didampingi oleh Sekretaris Eksekutif UGM Drs. Djoko Moerdiyanto dan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM Prof. Dr. Marwan Asri, MBA.
JK menyampaikan, dalam bisnis pariwisata, tidak hanya dituntut untuk memiliki pemikiran bagaimana untuk menghasilkan sesuatu yang unik dan berbeda. Ia menerangkan, dalam kegiatan ekonomi, pelakunya diharuskan bisa menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai baik dari segi tempat, waktu maupun strukturnya. “Bagaimana imajinasi dan kreativitas bisa menghasilkan uang, itulah yang dinamakan bisnis dalam pariwisata. Di bidang ini terdapat banyak sekali kemungkinan untuk mengembangkan keberhasilan ekonomi kreatif,” terangnya.
Dikatakan JK, untuk mengembangkan pemikiran kreatif dan menghasilkan nilai ekonomi terutama dalam sektor pariwisata, maka perlu dicari dengan cara berwisata pula. “Dengan berwisata dan mengunjungi banyak tempat, maka kita akan tahu kebiasaan orang lain, kita akan mengerti keunikan di daerah tertentu, apa kebudayaan mereka dan apa peluang yang bisa kita ambil untuk mengembangkan bisnis,” katanya.
JK menambahkan, salah satu hal yang harus menjadi perhatian dalam menjalankan ekonomi kreatif adalah memiliki strategi untuk membuat hal yang berbeda. “Sekarang misalkan kita membuat kerajinan wayang. Idealnya mungkin wayang itu baru bisa dihasilkan dalam waktu sekitar satu jam. Tetapi dalam ekonomi kreatif, hal yang berlaku adalah bagaimana kita bisa menghasilkan wayang itu hanya dalam waktu 5 menit saja. Itulah analoginya,” imbuh JK.
Dalam diskusi dengan para peserta yang kebanyakan mahasiswa asing, JK menjawab dengan tangkas beberapa pertanyaan baik tentang kondisi Indonesia hingga persoalan partai politik terkini.
Salah satu peserta, Silvia dari Madagaskar, mempertanyakan mengapa warga dari Indonesia banyak memilih menjadi TKI di luar negeri. Menurut JK, di luar negeri mereka mendapatkan pekerjaan dan gaji yang lebih baik. Kendati begitu, yang memilih menjadi TKI kebanyakan yang masih berpendidikan rendah. “Karena gaji dan pekerjaan yang lebih baik inilah, banyak dari mereka menjadi TKI illegal,” jelasnya.
Terkait dengan pertanyaan memanasnya konflik di partai Golkar, antara kubu Aburizal Bakri dan Surya Paloh pasca pemilihan ketua umum. JK mengatakan kompetisi keduanya merupakan bagian dari demokrasi, meski demikian Golkar masih merupakan partai terbesar di Indonesia.
“Partai Golkar masih sebagai partai terbesar hingga 2009. Setiap Partai harus terus berjuang dan mengalami dinamika. Kompetisi Aburizal dan Surya Paloh merupakan salah satu bentuk bagian dari demorasi,” tandasnya.
Sehubungan dengan perannya menengahi konflik diberbagi daerah selama ini, akan terus ia lakukan. Meski tidak lagi menjabat sebagai wapres, justru dia memiliki waktu lebih banyak untuk mengurusi konflik bai di daerah dan di negara tetangga. Termasuk salah satunya mengusahakan perdamaian di Mindanao Filipina dan Thailand. “Menangani masalah konflik ini harus melalui pendekatan langsung. Karena konflik itu muncul akibat adanya persoalan politik, ekonomi dan sosial,” jelasnya.
Usai memberikan kuliah, JK juga berkesempatan berfoto bersama dengan peserta dari 17 perguruan tinggi dari 22 negara. Mereka berasal dari Indonesia, Italia, Jepang, Syria, Malaysia, Uni Emirat Arab, Filipina, Korea selatan, kamboja, india, australia, yunani, namibia, senegal, madagaskar, timor leste, oman, pulau solomon, vietnam, oman, gambia, dan Algeria. (Humas UGM/Gusti Grehenson)