Perubahan institusi pendidikan tinggi menjadi universitas riset sesuai dengan Higher Education Long Term Strategy (HELTS) 2003-2010 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI menekankan bahwa salah satu peran penelitian pada pendidikan tinggi adalah untuk meningkatkan daya saing bangsa. Untuk mewujudkan visi tersebut, perlu dilakukan perubahan secara mendasar dan komprehensif dalam peningkatan mutu dan pengelolaan riset di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) yang berbasis pada tata kelola yang baik, yang diantaranya ditempuh melalui penerapan standar mutu riset, sistem penjaminan mutu riset dan sertifikasi reviewer/mitra bestari.
Demikian dikatakan Dr. Wisnu Nurcahyo Sekretaris LPPM UGM dalam Lokakarya Manajemen Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang berlangsung hari Kamis (15/7). Dikatakannya dalam upaya penerapan transparansi dan akuntabilitas administrasi dan tata keuangan pengelolaan riset, perlu dilakukan standardisasi kontrak dengan mitra dan kontrak dengan peneliti di perguruan tinggi. Melalui konsep ICT-based research management: e-proposal development, online submission and evaluation, e-research database, e-logbook dan KKN-PPM on line di LPPM yang dapat diimplementasikan penuh di seluruh fakultas. “Dengan demikian diharapkan akan semakin mempermudah para peneliti dalam mengajukan proposal riset yang pada gilirannya akan semakin menggairahkan kinerja riset dan pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi,” ujar Wisnu di Grha Sabha Pramana.
LPPM UGM sebagai salah satu unsur pelaksana di UGM, kata Wisnu, telah mempunyai berbagai pengalaman dalam pelaksanaan dan pengelolaan kerjasama riset dan pengabdian kepada masyarakat. Diantara pengalaman tersebut adalah terlaksananya Program Hi-Link atas prakarsa UGM dengan dukungan dana dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) dan JICA (Japan International Cooperation Agency) dan Program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) yang saat ini juga telah terakreditasi ISO 9001-2000.
Sementara itu Direktur DP2M Dikti Prof. Dr. Ir. Suryo Hapsoro menegaskan untuk menjadi berkelas dunia, perguruan tinggi tidak harus menjadi universitas riset. Dengan begitu banyak perguruan tinggi diharapkan tidak lantas latah berame-rame menuju universitas riset. Sebab yang terpenting adalah spirit untuk pengembangan riset.
“Ada perguruan tinggi di luar negeri yang tanpa harus menjadi universitas riset ia banyak dikenal secara internasional,” paparnya.
Selain menghasilkan bentuk tata kelola riset yang dapat memberikan peningkatan berkelanjutan terhadap kualitas penelitian, lokakarya dalam rangkaian Research Week UGM 2010 ini diharapkan pula menghasilkan bentuk tata kelola pengabdian kepada masyarakat yang mampu memberikan manfaat bagi pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Disamping itu lokakarya mampu memberikan inspirasi bagi terwujudnya tata kelola riset dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan kondisi institusi masing-masing.
Lokakarya diikuti 45 peserta yang merupakan pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di Indonesia. Mereka adalah perwakilan dari masing-masing pergruan tinggi, Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, SRIE MADANI Balikpapan, Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, President University, jakarta
6.Atmajaya Yogyakarta, Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, STIESIA Surabaya, Universitas Jember, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Palangkaraya, Universitas Islam Indonesia, UPN “Veteran” Jogjakarta, Unika Soegijapranata Semarang, Universitas Mataram, Universitas Kanjuruhan Malang, Universitas Hasanudin Makasar, Universitas Negeri Gorontalo, Poltekkes Solo, Stikes Kusuma Husada Solo, UNDIP, UST Jogjakarta, IKIP PGRI Jember, Universitas Siliwangi Tasik Malaya, UBHARA, Surabaya, UMU Sidoarjo, UAD Jogjakarta, UNY, PPKP, IKIP PGRI Semarang dan Universitas Haluoleo Kendari. (Humas UGM/ Agung)