Sekitar 20.000 perpustakaan di lebih dari 60 negara menggunakan pelayanan OCLC (Online Computer Library Centre) First Search, diantaranya perpustakaan universitas, peneliti, perpustakaan nasional, perpustakaan negara, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah dan sebagainya. Baik perpustakaan kecil maupun besar sudah mengakses pelayanan OCLC yang berpusat di Dublin, Ohio, USA.
Menurut Presiden OCLC Asia Pasific Andrew H Wang dalam presentasi “E-Book & Koleksi Digital dalam Pelayanan Perpustakaan†yang digelar Perpustakaan UGM kerja sama dengan OCLC di Ruang Seminar Lantai III Gedung Perpustakaan UGM Unit I Bulaksumur, OCLC semacam Perkumpulan Perpustakaan Dunia, nonprofit, penyokong kegiatan perpustakaan terbesar di dunia.
“Pelayanan OCLC First Search, sebuah web online yang mampu mengakses ke lebih dari 80 database dan pengguna bisa mendaftarkan ke semua database yang ada. Terdapat lebih dari 10.000 jurnal dan 10 juta artikel full-text, yang ditawarkan hanya pada perpustakaan. Online ini bisa dimanfaatkan oleh pustakawan, guru besar, dosen dan mahasiswa, siswa, peneliti maupun masyarakat umum,†kata Andrew H Wang, Rabu (16/4) di Perpustakaan UGM.
OCLC merupakan Perkumpulan Perpustakaan Dunia bagi sekitar 60.000 perpustakaan di 112 negara dan teritori, merupakan pelayanan yang paling popular digunakan oleh setiap orang di unversitas dan perpustakaan. Pengguna OCLC FirstSearch antara lain Australia, 38 perpustakaan universitas di Australia terdaftar sejak 1994. Cina semua universitas sudah terdaftar sejak 1999.
Di Hong Kong 8 perpustakaan universitas di sana pengguna OCLC First Search, Jepang 400 perpustakaan, di Korea semua universitas menggunakannya sejak 1999, New Zealand 8 universitas, Taiwan semua universitas telah terdaftar dalam online sejak 1999. Keistimewaan OCLC ECO merupakan web berdasarkan akses online ke lebih dari 5.000 e-journal.
“Satu index database untuk semua jurnal elektrik dari beberapa penerbit dalam OCLC ECO. Pengguna ECO dapat mengakses keseluruhan index database tanpa biaya tambahan, tanpa memperhatikan berapa jumlah jurnal yang dibeli,â€ujar Andrew H Wang didampingi Direktur OCLC Asia Pasific Services Shu-En Tsai.
Sebelumnya, Selasa (15/4) di tempat yang sama digelar workshop sistem digitalisasi perpustakaan (SIPUS) untuk mengawali kegiaatn bersama dalam mewujudkan gagasan perpustakaan dengan satu sistem, satu kartu dan satu peraturan dengan SIPUS. Selain pengatar dari Kepala Perpustakaan UGM Drs. Ida Fajar Priyanto, M.A juga mengundang nara sumber dari PPTIK (Pusat Pengembangan Informasi Teknologi dan Komunikasi) UGM Drs. Bambang Prastowo, M.Sc dan GamaTechno.
Cita-cita Perpustakaan UGM, menurut Ida Fajar dalam kurun waktu 5-10 ke depan, meminjam buku di perpustakaan UGM bisa di manapun dan mengembalikannya bisa di manapun juga. Karena itulah perlunya pemahaman oleh SDM yang ada, sehingga diperlukan sistem, kerja sama dan perlu satu pola pikir.
“Sebetulnya tidak terlalu sulit-sulit amat, hanya butuh kemauan,†ujar Ida Fajar Priyanto.
Senada dengan Ida Fajar, Kepala PPTIK UGM Drs. Bambang Prastowo, M.Sc mengatakan, UGM sudah sejak lama menyiapkan perangkat untuk mewujudkan satu kemauan dalam mengembangkan perpustakaan dengan teknologi informasi, yaitu SIPUS. Sistem digitalisasi untuk perpustakaan ini merupakan pengembangan tiada henti, sehingga lebih cocok.
“Kita perlu secara terus menerus meningkatkan dan menjalin kerja sama di luar UGM, setelah di dalam kompak, menggunakan satu sistem. Kalau tidak mulai sekarang, maka 5-10 ke depan perpustakaan akan tergilas, sebab teknologi akan terus berkembang pesat,†ujar Bambang Prastowo. (Humas UGM)