JOGJAKARTA (KU) – Indonesia masih kekurangan periset geografi. Sehingga beberapa daerah mengalami kesulitan untuk memanfaatkan pelayanan jasa peta tematik spasial tentang sumberdaya daerah. Sedikitnya jumlah periset geografi ini karena lulusan geografi di Indonesia hanya berasal dari 2 perguruan tinggi, UGM dan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
“Indonesia yang seluas ini, hanya punya 2 fakultas geografi. Lainnya, hanya menyediakan ilmu pendidikan geografi untuk dipersiapkan jadi guru. Jadi, periset geografi kita masih kurang,†kata Dekan Fakultas Geografi UGM Prof. Dr. Suratman, M.Sc dalam Sarasehan Komunitas dan Ahli Geospasial Tematik seregional Jawa, Jumat (16/7).
Mengatasi minimnya ahli geografi di Indonesia, kata Suratman, Fakultas Geografi UGM dan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) bekerjasama mengaplikasikan pelayanan jasa peta tematik spasial untuk daerah. Sebab, tidak semua daerah memiliki informasi lengkap tentang data spasial tata ruang, lingkungan dan bencana, kemiskinan, batas administrasi, batas wilayah, pengangguran.
“Kebanyakan data spasial untuk peta skala kota kabupaten saja. Untuk skala kecamatan dan desa belum semuanya punya,†ujarnya.
Suratman menambahkan, kerjasama dengan Bakosurtanal tersebut diharapkan juga bisa memperkuat peran geograf-geograf dalam pembangunan berbasis survei dan pemetaan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat kemajuan daerah. “Data spasial tematik ini sangat penting untuk monitoring, perencanaan, pengelolaan, sehingga tidak perlu cek ke lapangan. Kita dapat mengefisienkan biaya dan waktu melalui remote searching,†katanya.
Diakui Suratman, teknologi geospasial di dunia sudah cukup maku dengan hadirnya teknologi digital maping, GIS, remote searching. Untuk mengejar ketertinggal SDM bangsa Indonesia, Fakultas geografi UGM menggandeng beberapa perguruan tinggi di luar negeri seperti Jerman, Belanda, Jepang dan India.
Sementara Kepala Bakosurtanal Dr. Asep Karsidi, M.Sc menyambut baik beberapa ide dari fakultas Geografi UGM untuk membangun klinik bencana dan lingkungan. Hal ini menurutnya cukup penting mengingat Indonesia sebagai daerah yang rawan bencana. “Dari klinik ini, bisa mensosialisasikan informasi spasial, memberi pemahaman cara hidup, cara berusaha dan cara membangun rumah. Sehingga meminimalisir kerugian yang ditimbulkan saat terjadi bencana,†ujar Asep seraya menyampaikan Bakosurtanal dan BNPB tengah menyusun peta rawan bencana. (Humas UGM/Gusti Grehenson)