Pertanian tanaman pangan memiliki posisi strategis sebagai basis ketahanan pangan masyarakat. Keberlangsungan pertanian tanaman pangan dalam suatu wilayah saat ini menghadapi tantangan kualitas dan kuantitas sumberdaya yang cenderung semakin menurun. Kondisi ini menjadikan banyak petani melakukan upaya manajemen sumberdaya dengan tepat agar mampu bertahan.
Menurut Ir. Weka Widayati, M.S, kunci manajemen sumberdaya terletak pada perilaku pengelola yakni petani. Perilaku petani dalam manajemen sumberdaya pertanian berdasar pada kearifan lokal yang merupakan budaya hasil interaksi manusia dengan alam yang melembaga dalam suatu komunitas masyarakat.
Demikian pernyataan staf pengajar Program Pascasarjana Universitas Haluoleo saat melakukan ujian terbuka Program Doktor UGM Bidang Ilmu Geografi, Sabtu (17/7). Dalam ujiannya promovenda mempertahankan desertasi “Dimensi Spasial dan Ekologikal Perilaku Petani Dalam Manajemen Sumber Daya Pertanian Tanaman Pangan Wilayah Muna Barat Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara” dengan bertindak selaku promotor Prof. Drs. Kasto, M.A dan ko-promotor Prof. Dr. Hadi Sabari Y., MA., DRS serta Prof. Ir. Suhatmini Hardyastuti, M.S.
Dikatakannya Muna Barat yang merupakan wilayah pesisir dalam mengembangkan tanaman pangan menghadapi tantangan berkaitan dengan ketersediaan sumberdaya yang pada umumnya lahan kering dan marginal, dengan ketersediaan air disetiap fase yang tidak kontinue, fluktuasi ketersediaan tenaga kerja pada proses produksi dan musim tertentu serta kebutuhan teknologi pertanian tanaman pangan yang efisien. Bahwa kondisi fisik dan non fisik yang berbeda antara rata-rata surut terendah-garis arbriter di wilayah I dan garis arbriter di wilayah II Muna Barat telah memberi peluang respon adaptasi petani terhadap lingkungan dalam bentuk kearifan lokal yang berbeda dalam upaya meningkatkan produktivitas dan ketersediaan sumber daya pertanian tanaman pangan.
Hasil penelitian menunjukkan kearifan lokal dalam MSDT wilayah I yang terdiri multi etnis, wilayah pantai, tranportasi darat dan laut lancar telah memberikan penekanan pada adaptasi terhadap dinamika lingkungan baru dengan dominasi aspek ekonomi dalam upaya keberlangsungan sumber daya pertanian. Sementara kearifan lokal dalam MSDT wilayah II yang terdiri etnis Muna yang relatif jauh dari pantai dengan transportasi darat lancar mengandung unsur pada penghematan sumberdaya dalam bentuk rea, kaendea sebagai sistem konservasi lahan dan air, serta pakaowa pokadulu yang merupakan sistim kebersamaan para petani.
“Perilaku petani dalam MSDT wilayah I lebih intensif pada aspek perencanaan dengan ketersediaan tenaga kerja dan teknologi pertanian tanaman pangan meningkat, sedangkan di MSDT wilayah II lebih menekankan pada aspek evaluasi yang mendukung pada kesuburan lahan, ketersediaan air dan teknologi pertanian realatif stabil,” ujar Weka Widayati, perempuan kelahiran Demak 5 Agustus 1964 ini.
Disimpulkan interrealsi antara kondisi wilayah dan karakteristik petani terhadap perilaku petani dalam dimensi spasial ekologikal di wilayah II menunjukkan intersepsi yang seimbang antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Intersepsi tersebut menghasilkan stabilitas kesuburan lahan dan ketersediaan air untuk tanaman pangan. Sedangkan intersepsi yang terjadi di Wilayah I mengedepankan aspek ekonomi sehingga ketersediaan sumber daya tenaga kerja dan teknologi pertanian tanaman pangan meningkat. “Frekuensi akses informasi pertanian memiliki pengaruh terbesar terhadap perilaku petani dalam MSDT disamping pendidikan, pengalaman berusahatani tanaman pangan, pemahaman tentang MSDT dan jumlah tenaga kerja keluarga,” tandas Weka. (Humas UGM/ Agung)