Yogya, KU
Tak kurang dari 17 negara menampilkan jenis makanan khas masing-masing pada festival kuliner internasional dalam rangka International Day 2008, di Plasa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Kamis (17/4).
Semua peserta yang ikut andil dalam festival kuliner ini merupakan mahasiswa asing yang sedang belajar di Yogyakarta. Mereka berasal dari beberapa negara seperti Jepang, Guyana, Senegal, Suriname, Belanda, Australia, Jerman, Malaysia, Amerika, Rumania, Vietnam, Spanyol, Italia, Thailand, Columbia, Papua Nugini, dan Madagaskar.
Rahmat (39), peserta dari Suriname, menyajikan empat jenis makanan khas dari negaranya yakni Halwa, Phulawsi, Pannekock, Moksi Aleri (Nasi Campur) dan Telo Teri. Makanan terakhir ini, kata Rahmat, merupakan salah satu makanan khas masyarakat Suriname yang digunakan sebagai alternatif pengganti nasi.
“Makanan terbuat dari singkong rebus yang dicampur ikan teri,†jelas rahmat yang baru saja diwisuda bulan maret lalu di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Dijelaskan bapak empat anak ini, bahan untuk membuat Telo Teri ini diantaranya menggunakan bahan baku singkong, ikan teri, tepung ketan dan minyak goreng. Proses pembuatannya pun cukup sederhana. Singkong direbus, lalu dipotong-potong kecil, lalu kemudian digoreng. Sedangkan campurannya Ikan teri, sebelumnya dicuci lalu dicampur dengan tepung ketan yang selanjutnya juga digoreng.
“Kedua bahan ini dicampur dan disajikan sebagai pelengkap bagi makanan penganti nasi, karena kebanyakan masyarakat Suriname yang banyak orang jawanya, tentu singkong merupakaan kesukaan tersendiri bagi mereka,†jelas Rahmat yang mengaku neneknya berasal dari Sorowajan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dan kakeknya berasal dari Surabaya.
Rahmat juga menjelaskan, di Suriname, makanan khas Jawa masih tetap ada, dengan nama yang sama, hanya saja rasanya sudah sedikit berbeda.
“Pecel. Gado-gado, nasi goreng dan sate masih tetap ada, namanya masih sama, bahannya pun juga sama, hanya bumbunya sedikit berbeda karena menyesuaikan kondisi yang ada di sana,†ujar suami dari Najima (34) ini.
Sementara peserta kuliner dari Malaysia, Kashor (21), menampilkan makanan khas dari India bagian selatan, Kesari. Menurut Kashor, kesari merupakan sejenis kue yang dibuat saat perayaan Dipawali. Selain itu, kue ini juga dihidangkan sebagai pelengkap saat perayaan ulang tahun.
Menurut mahasiswa kedokteran UGM angkatan 2006 ini, kue kesari yang hampir mirip dengan kue lapis namun bahannya menggunakan tepung yang sedikit berbeda karena menggunakan tepung suji yang hanya bisa didapatkan di Malaysia atau India.
“Kue ini menggunakan tepung suji yang hanya ada di malayasia atau di India bisa kita dapatkan,†katanya.
Salah satu pengunjung pelajar SMA 7 Puworejo, Sugesti (17), merasa senang sekali dengan adanya kegiatan festival kuliner ini karena dirinya bisa merasakan berbagai jenis makanan yang berbeda dari berbagai negara.
“Saya mencicipi berbagai jenis makanan, saya coab pilih bentuk dan rasanya hampir mirip dengan yang ada di Indonesia, rasanya memang terasa agak berbeda namun yang sedikit hampir sama mungkin makanan dari vietnam,†katanya
Sementara Dekan fakultas Ilmu Budaya, Prof Dr Syamsul Hadi, SU MA selaku penyelenggra kegiatan kepada wartawan mengatakan bahwa tujuan diselenggarakan perayaan hari internasional 2008 ini, dalam rangka mengajak masyarakat internasional untuk lebih mempercepat persahabatan internasional melalui apresiasi keberagaman budaya lewat kuliner.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Condroyono, yang berkesempatan hadir, mengaku dirinya sangat mendukung kegiatan festival kuliner ini. Bahkan dirinya akan mengajak FIB untuk bekerjasama menyelenggarakan kegiatan sejenis tahun depan dalam ruang lingkup yang lebih luas.
“Saya harap lokasinya tidak lagi terbatas di FIB, kalo bisa di tempat yang bisa diakses oleh masyarakat luas,†terangnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)