Bangsa adalah roh suatu negara. Bangsa yang kokoh kuat, bersatu padu yang memiliki jati diri kuat pasti mampu membangun bangsanya menjadi bangsa yang adil makmur sejahtera. Demikian pula Indonesia bila digambarkan seperti itu, tentu akan menjadi roh, memiliki kekuatan yang dahsyat bagi kejayaan bangsa dan negara.
Oleh karena itu memperkuat persatuan bangsa, menggalakkan semangat kebangsaan tentu akan memperteguh eksistensi NKRI secara utuh dan kompak. Hal itu tidak saja membuat bangsa Indonesia sejahtera, tapi juga akan disegani dan diperhitungkan dalam percaturan internasional.
Pertanyaan pun muncul: “Apakah benar bangsa Indonesia sekarang sudah dalam kondisi tersebut? Benarkah bangsa ini masih memiliki jati diri? Sementara hembusan kencang mendesak bahwa konsep kebangsaan sudah tidak diperlukan lagi. Bangsa Indonesia pun telah tergerus arus globalisasi dan sudah tidak jelas lagi batas-batas antar negara. “Jiwa Nasionalisme yang menyurut. Suara-suara semacam inilah yang tentunya dijawab dalam forum sarasehan kali ini,” ungkap, Drs. Sindung Tjahyadi, M.Hum, Rabu(21/7) saat berlangsung Sarasehan Kebangsaan Indonesia.
Dikatakannya masyarakat saat ini telah merasakan betapa dasar negara Pancasila terpinggirkan. Sebagai arah dasar negara, Pancasila dinilai telah tenggelam dalam arus globalisasi yang sesungguhnya tercemari paham-paham lain, seperti liberalisme dan kapitalisme.
Pusat Studi Pancasila UGM rupanya menangkap kecemasan masyarakat terkait munculnya niatan menghilangkan Pancasila. Sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Pancasila ingin digantikan nilai-nilai lain. Fakta tersebut tercermin pada aplikasi sila ke V Pancasila, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Secara ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat masih menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Bahkan implikasi kemiskinan dan pengangguran makin bertambah banyak jumlahnya. Berbagai perisitiwa pun tak terelakkan seperti berkembangnya kejahatan, kekuasaan, penipuan, premanisme dan lain-lain. “Apakah ini yang disebut homo homini lupus? Begitu pula di bidang hukum bagaimana masyarakat disuguhi tindak korupsi yang merajalela,” tambah Sindung di Auditorium Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Oleh karena itu dari sarasehan ini diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan bangsa. Setidaknya mampu mengkomunikasikan, membicarakan sekaligus menjawab masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. “Dengan begitu kedepan diharapkan bisa membina bangsa Indonesia agar bersatu kokoh tak tergoyahkan oleh arus zaman,” tuntasnya. (Humas UGM/ Agung)