YOGYAKARTA- Indonesia hingga saat ini masih dinyatakan sebagai daerah endemi hepatitis, penyakit radang hati yang disebabkan virus yang menginfeksi hati. Terutama hepatitis B, bisa menjadi kronis dan berkmbang menjadi kanker hati sehingga sangat mematikan. Tak terlalu terekspos, namun kenyataan menunjukkan jumlah penderita hepatitis ternyata sepuluh kali lebih banyak dari HIV/AIDS. Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, seorang dari 12 orang penduduk di dunia terinfeksi viru hepatitis.
Menurut staf pengajar dari Fakultas Kedokteran (FK) bagian Gastroenterology dan Hepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UGM-RS dr Sardjito Dr.dr. Putut Bayu Purnama, Sp.PD-KGEH, hepatitis sering tidak menunjukkan gejala sama sekali sebelum akhirnya menjadi kronis.
“ Munculnya bisa dalam jangka waktu lama, menjadi radang hati, pengerasan hati dan berakhir pada kanker hati dan kematian,’ ujar Putut, Rabu (28/7).
Putut mengatakan prevalensi penderita hepatitis di Indonesia tersebut masih cukup tinggi berkisar 20%. Di sisi lain untuk pengobatan hepatitis ini imbuh Putut relative mahal. Ia mencontohkan untuk pengobatan tablet hepatitis B akan memerlukan biaya sekitar Rp 900 ribu/bulan dengan pengobatan antara 1-3 tahun. Sedangkan untuk injeksi (interferon) akan lebih mahal yaitu mencapai rp 2,5 juta/minggu dengan waktu pengobatan hingga 48 minggu.
“ Jadi memang prinsipnya lebih baik mencegah daripada mengobati dengan melihat biaya pengobatan penyakit hepatitis yang masih cukup mahal ini,’ katanya.
Untuk itu Putut menyarankan agar sosialisasi seputar vaksin hepatitis bisa terus dilakukan khususnya bagi bayi yang baru lahir. Disamping itu masyarakat juga bisa sesegera mungkin melakukan screening (pemeriksaan darah) untuk mengetahui apakah mengidap hepatitis ataukah tidak.
“ Bila ada dugaan kuat penyakit hepatitis kronis, maka langkah penting berikutnya adalah pemeriksaan laboratorium (Panel Pemeriksaan Fungsi Hati). Bisa periksa anti HCV atau HBsAG untuk mengetahui fungsi hati,†papar Putut yang juga ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Yogyakarta ini.
Peringatan Hari Hepatitis sedunia 28 Juli hari ini dipusatkan di Yogyakarta, yang merupakan daerah dengan jumlah penderita tergolong tinggi. Peringatan Hari Hepatitis itu diisi dengan berbagai kegiatan dan dibuka oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Sebelumnya, Hari Hepatitis diperingati tiap tanggal 19 Mei. Namun, atas usulan delegasi Indonesia dalam sidang Badan Eksekutif WHO ke-126, disepakati bahwa Hari Hepatitis akan diperingati tiap tanggal 28 Juli yaitu hari kelahiran Dr Baruch Blumberg, penemu hepatitis B pada tahun 1965 (Humas UGM/Satria)