Plat penyambung tulang merupakan salah satu peralatan medis yang telah lama digunakan untuk membantu fiksasi bagian tulang yang retak atau patah. Namun kualitas hasil rekonstruksi dan penyembuhan tulang yang diperoleh tidak maksimal. Hal ini disebabkan karena penggunaan plat penyambung tulang yang tidak sesuai dengan ukuran tulang orang Indonesia.
Berawal dari kenyataan tersebut, mendorong sejumlah peneliti UGM melakukan riset bersama untuk mengembangkan plat penyambung tulang patah dengan ukuran tulang orang Indonesia. â€Selama ini plat penyambung tulang yang digunakan berasal dari luar negeri yang ukurannya mengacu pada dimensi anatomis tulang orang di kawasan tersebut. Dengan plat yang tidak sesuai dengan dimensi anatomis tulang orang Indonesia sangat mempengaruhi kualitas hasil rekonstruksi dan penyembuhan tulang, “ungkap Dr. Suyitno, salah satu peneliti yang turut mengembangkan plat penyambung tulang patah ukuran orang Indonesia ini, Jum’at (30/7) di Kampus UGM.
Lebih lanjut dikatakan Suyitno, plat penyambung tulang yang dijual di Indonesia belum mempunyai dimensi yang sesuai ukuran orang Indonesia. Plat produksi lokal dibuat dengan meniru produk luar negeri di pasaran dan tanpa melalui riset. “Plat produksi lokal tersebut belum mendapatkan sertifikasi dari lembaga yang berwenang, sehingga dokter bedah tulang enggan menggunakannya,†terangnya.
Disamping itu, tambah staf pengajar jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik UGM ini, standar proses manufaktur plat lokal juga belum dibakukan, karena dibuat oleh industri kecil dengan jumlah produk dan peralatan yang terbatas. “Plat produksi lokal yang memenuhi standar teknis dan mutu serta dalam jumlah yang cukup belum ada,†imbuhnya.
Disebutkan Suyitno, riset untuk pengembangan produk ini melibatkan berbagai peneliti dari Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM, dokter bedah tulang di Bagian Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran bekerjasama dengan peneliti di Department of Biomedical Engineering, University Medical Center Groningen, Belanda.
Penelitian melibatkan responden yang mewakili seluruh pulau besar di Indonesia kecuali Papua dan Maluku untuk pengukuran tulang dengan rontgen. Rerata ukuran tulang ini digunakan untuk validasi gambar tiga dimensi tulang. Perancangan plat penyambung tulang menggunakan gambar tulang yang sudah divalidasi. Rancangan plat difabrikasi dengan peralatan manufaktur yang sesuai. Pengujian laboratorium dan klinis dilakukan untuk memastikan bahwa plat ini aman untuk dipakai. “Uji klinis dengan memasang pada pasien sedang berlangsung, hasilnya akan diperoleh akhir tahun ini. Awal tahun 2011, produk ini diharapkan siap dipasarkan,†paparnya.
Dengan dikembangkannya produk ini, selain bisa membantu memperbaiki proses penyembuhan dan rekonstruksi tulang fraktur dengan maksimal juga diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor pada produk serupa. “Dan yang utama bisa menekan harga plat penyambung tulang tanpa mengurangi kualitas produk sehingga biaya pengobatan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat,†jelas Suyitno. (Humas UGM/Ika)