Yogya, KU
Intelektual muda Dr Anis Baswedan memprediksikan bahwa kalangan enterprener dan profesional bisnis akan memasuki wilayah politik dan menjadi ruling elite baru dalam 2-3 dekade mendatang. Menurut Rektor Universitas Paramadina ini, kalangan enterprener dan profesional bisnis akan menggantikan posisi aktivis untuk mendominasi kursi-kursi lembaga perwakilan dan lembaga eksekutif dari mulai di tingkat nasional sampai dengan di tingkat kabupaten.
“Mereka umumnya berpendidikan tinggi dan sebagian memang berlatar belakang aktivis mahasiswa. Mereka bukanlah enterprener yang dibesarkan oleh orde baru tetapi umumnya anak-anak muda yang menggeluti bisnis sesudah tumbangnya orde baru,†kata Anis dalam kegiatan Simposium Nasional ‘Kepemimpinan Pemuda’ yang diselenggarakan oleh DPM KM UGM, Sabtu (19/4) di Gedung University Club UGM. Ikut hadir menjadi pembicara, Menteri Pemuda dan Olah Raga Adhyaksa Dault, dan Pengamat korupsi UGM Dr Denny Idrayana.
Lebih lanjut dikatakan oleh Anis, meskipun saat ini generasi muda di didunia bisnis memang seakan luput dari perhatian publik walaupun mereka punya karya konkret, senyatanya ikut menggerakkan roda perekonomian Indonesia dan memiliki network of paper.
“Namun, sebagaimana ruling elit sebelumnya, begitu muncul momentum yang tepat maka mereka akan masuk dan turut mendominasi kekuasaan politik Indonesia,†kata Alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini.
Diakui sekarang ini, mantan aktivislah yang mendominasi kursi-kursi lembaga perwakilan dan lembaga eksekutif dari mulai di tingkat nasional sampai dengan di tingkat kabupaten. Namun demikian, kegiatan paling dominan dan mewarnai kehidupan bangsa saat ini adalah kegiatan ekonomi. Pasar sudah menjadi arena baru dan telah mempenetrasi hampir semua aspek kehidupan.
“Tren ini akan berlanjut terus dan rekrumen terhadap generasi muda untuk memasuki dunia bisnis berlangsung intensif. Meskipun tidak diiringi dengan kesadaran atau bahkan tanpa ambisi bahwa mereka berpotensi menjadi pewaris ruling elit indonesia di masa depan. Akan tetapi bersama dengan konsolidasi demokrasi yang berbasis pasar maka para pelaku pasar akan makin berkepentingan dengan dunia politik dan kebijakan,†jelas Anis.
Maka dari itu, Anis kembali menghimbau agar genersi muda saat ini untuk memiliki ketajaman dalam membaca trend utama bangsa agar tidak salah memilih jalur untuk menjadi elit penentu di masa depan.
“Anak muda yang dekade 1980an berniat memasuki lingkar kekuasaan dan memilih jalur militer hanya karena saat itu militer berkuasa maka sebenanrnya ia sudah salah jalur karena dalam dua dekade berikutnya militer meski masih kuat tetapi sudah bukan lagi ruling elit di Indonesia,†katnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Denny Indrayana, namun dirinya menambahkan untuk menjadi pemimpin masa depan sudah saatnya muncul figur seorang pemimpin dari kalangan muda yang bebas dari dosa masa lalu dan tidak melakukan praktik korupsi. Sebab, kata Denny, saat ini penyakit korupsi sudah mendarah daging dan menjangkiti seluruh elemen masyarakat. Sementara hukum sebagai benteng terakhir tidak mampu lagi untuk mencegah terjadinya praktek korupsi ini.
“Penyakit Korupsi telah menjangkiti di kalangan peradilan, kejaksaan, senayan dan kepolisian dan sebagainya, bahkan kini sudah ada mafia senayan, mafia peradilan, mafia kayu, mafia pendidikan,†katanya.
Denny menandaskan, tidak mudahnya menindak budaya korupsi ini disebabkan korupsi sudah menjadi peninggalan dari rezim kepemimpinan sebelumnya. Sedangkan pemerintahan yang ada saat ini merupakan perpanjangan tangan dari kepemerintahan sebelumnya sehingga diperlukan upaya regenerasi untuk memutus rantai kepemimpinan.
“Saat ini korupsi merupakan sebuah kebutuhan, para pejabat itu tahu jika korupsi itu melanggar hukum atau perbuatan tersebut tidak baik, namun tetap saja dilakukan karena bagi mereka ini sebuah kebutuhan,†jelasnya.
Sedangkan Menteri Pemuda dan Olah Raga, Adhyaksa Dault, dalam pidatonya menekankan pentingnya pemuda untk menjalani proses pembelajaran menjadi seorang pemimpin.
“Pemuda harus menjadi problem solver, namun untuk menjadi seorang tidak cukup dengan sendirinya tapi memerlukan sebuah proses,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)