YOGYAKARTA-Tim UGM memborong kejuaraan pada kompetisi Roboline Follower Contest 2010 yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Elektro (KMTE) baru-baru ini. Tim UGM tersebut masing-masing atas nama robot Kui Hao (juara 1), Stardust (juara ll), serta Megophyrs (juara lll). Selain memborong tiga gelar kejuaraan tadi, UGM melalui robot Flash juga dinobatkan sebagai robot dengan disain terbaik.
“ Kebetulan pada kejuaraan tersebut tim UGM merebut juara 1,2, dan 3. Bahkan untuk disain terbaik UGM juga menang,†ujar ketua tim robot Kui Hao, Ega Surya Kusuma, yang juga mahasiswa jurusan Elektronika dan Instrumentasi (Elins) FMIPA angkatan 2006, Senin (2/8).
Ega menambahkan masing-masing tim tersebut terdiri dari beberapa orang mahasiswa. Tim Kui Hao terdiri dari Stephen (Elins, angkatan 2008), Gilang Prasetyo Utomo (Elins, angkatan 2006), serta Ega Surya Kusuma (Elins, angkatan 2006). Sedangkan tim robot Stardust terdiri dari Pramudita J.I (Elins, angkatan 2008), Muhammad Faqih U (Elins, angkatan 2008) dan Dedi Kurniawan (Elins, angkatan 2008). Tim Megophyrs yakni Yeyen Ary W (Elins, angkatan 2008), Arifin Indra H (Elins, angkatan 2007) dan Tiara Bagus S.P.A (Elins, angkatan 2007). Sementara robot Flash atas nama Muh. Wicaksono A (Teknik Elektro, angkatan 2005).
Menurut penuturan Ega Surya, robot Kui Hao artinya berharga dan mewah. Dari sisi pembuatannya pun bisa dikatakan termahal dibanding robot lain yaitu menghabiskan dana sekitar Rp 1 juta. Robot ini juga cukup mewah dengan gear yang terbuat dari besi dan dibuat di bengkel Fisika milik UGM.
“ Gear Kui Hao terbuat dari besi sedangkan lainnya masih dari plastic,†katanya.
Body Kui Hao dirancang secara aerodinamis dan menyerupai mobil nascar karena memiliki daerah miring. Berbeda dengan disain formula 1 yang lebih tepat untuk daerah datar. Titik berat robot juga diperhatikan khususnya dalam pemasangan baterai yang beratnya paling besar dibanding bagian lain. Kui Hao imbuh Ega harus melalui 3 kali trial terlebih dulu sebelum akhirnya lancar dalam mengikuti garis dan tercepat.
“ Karena telah lama berlatih dan meneliti robot meski sempat mengalami 3 kali trial Kui Hao akhirnya menang dan juara 1,†tegas Ega.
Sedangkan Pramudita, dari robot Stardust menambahkan, dalam kejuaraan kemarin mereka menggunakan sensor photodiode dan IR, yang masing-masing berjumlah 10 buah. Delapan (8) buah di depan dan 2 buah di samping. Delapan buah sensor di depan, langsung terhubung ke pin-pin input IC ATMega 32, sedangkan 2 buah sensor samping terhubung dulu ke board IC komparator yang kemudian terhubung Kedaulatan Rakyat pin-pin input IC ATMega 32.
“ Otak dari Stardust digunakan IC ATMega 32. Dalam IC ini dimasukkan program yang berisi algoritma-algoritma untuk memproses kondisi-kondisi input yang dibaca oleh sensor dan menghasilkan kondisi untuk actuator atau pergerakan motor,†jelas Pramudita.
Sementara untuk robot Megophyrs papar ketua timnya, Yeyen, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan robot lain baik dari sisi mekanik maupun elektroniknya. Hanya saja beberapa elemen/komponen dan strategi yang dijalankan sedikit berbeda dengan tim robot lain.
“ Kita main strategi saja. Kalau dari sisi mekanik dan elektronik sebenarnya sama saja kok,†kata Yeyen.
Dengan hasil yang diperoleh tersebut masing-masing tim memperoleh penghargaan berupa sertifikat maupun uang pembinaan. Menurut mereka dengan hasil yang cukup memuaskan ini pada beberapa kejuaraan terdekat seperti Ganesha Line Follower Robot (Galelobot) 2010 di Bandung mendatang mereka akan ikut berpartisipasi.
Pada kejuaraan/kontes robot baik tingkat regional maupun nasional UGM cukup memiliki posisi terdepan. Misalnya, belum lama lalu pada Kontes Robot Indonesia di Malang, UGM juara I Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) Beroda 2010, juara ketiga Kontes Robot Indonesia (KRI), juara kedua Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) Berkaki, dan robot dengan desain terbaik melalui robot Gadjah Made di Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI).
Seperti diberitakan sebelumnya sebanyak 87 tim robot dari 11 universitas dari seluruh Indonesia mengikuti kompetisi ‘Roboline Follower Contest’. Beberapa tim yang ikut dalam kompetisi itu diantaranya dari UGM, ITB, Politeknik Negeri Jakarta, Universitas Trisakti, UNY, ITS dan Universitas Padjajaran. Roboline Follower Contest merupakan kegiatan yang diselenggarakan tiap tahun yang bertemakan Techno Corner UGM. Dalam kompetisi ini, robot-robot saling berpacu pada lintasan yang bergaris hitam. Selain harus cepat, robot harus mampu membaca garis hitam lintasan, sehingga bisa berjalan dengan stabil (Humas UGM/Satria)