Usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak di negara berkembang biasanya dibatasi oleh dua hal, yaitu nutrisi dan kesehatan. Problem kekurangan nutrisi (undernutrition) pada umumnya terjadi pada akhir musim kemarau atau awal musm hujan, dimana tanaman belum tumbuh dengan baik dan produk hasil samping pertanian belum banyak.
Dikatakan Prof. Dr. Ir. Kustantinah Imam Suhadi Adiwimarta, DEA sekitar 10-20% populasi small ruminant dunia berada di Asia Tenggara. Dimana salah satu permasalahan pemeliharaannya terkait keberadaan parasit terutama endoparasit (parasit internal). Rendahnya produktivitas di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, dinilainya dipengaruhi oleh rendahnya efisiensi pakan dan manajemen, penggunaan sumber genetika indigenous dan keterbatasan karena terutama parasit.
“Untuk itu kontrol dan pencegahan parasit pada saat ini menjadi suatu perhatian yang serius, khususnya ruminansia kecil, untuk kambing dan domba. Hal ini disebabkan karena terjadinya suatu resistensi secara kimiawi,” ujarnya, di ruang Balai Senat, Senin (2/8) saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Peternakan UGM.
Obat-obatan (anthelmintika modern) yang digunakan sebagai parasit nematoda (cacing), menurut Kustantinah memberikan suatu resistensi pada kambing dan domba. Penemuan residu obat-obatan dalam produk peternakan seperti susu dan daging, dan adanya peningkatan produk pertanian organik menjadikan peningkatan sikap kehati-hatian dalam menggunakan obat hewan, sehingga mulai banyak melakukan investigasi penggunaan tanaman sebagai kontrol pencegahan parasit. “Salah satu cara untuk mengatasi parasit adalah melakukan pengaturan padang penggembalaan serta kontrol biologi,”papar perempuan kelahiran 10 November 1959 ini.
Dalam pidato berjudul “Peningkatan Produktivitas Ternak Kambing Bernasis Kontrol Parasit Menggunakan Alaternatif Pakan Terseleksi”, Kustantinah menjelaskan parasit haemonchiasis merupakan infeksi yang disebabkan cacing Haemoncus dalam lambung yang menghisap darah. Cacing ini merupakan suatu endoparasit yang sangat berpengaruh terhadap penurunan produktivitas ternak. Di Indonesia infeksi endoparasit ini menyebabkan kerugian bagi petani peternak karena kehilangan keuntungan dan produktivitas ternak tidak optimal.
“Sumber daya alam yang beragam di Indonesia memberikan peluang sangat tinggi untuk menggali jenis tanaman yang mempunyai sifat anti parasit, sehingga pemakaian obat cacing seperti anthelmintika/antilmintic komersial dapat dikurangi,” tandasnya. (Humas UGM/ Agung)