Dalam sidang ke-98 International Narcotics Control Board (INCB) yang berlangsung di Vienna, Austria 3-14 Mei 2010 lalu telah memilih Dr. Sri Suryawati, Apt., staf pengajar Fakultas Kedokteran UGM sebagai Second Vice-President dan Chair of the Standing Commitee on Estimates. Posisi ini tentu sangat membanggakan sebab International Narcotics Control Board (INCB) berada dibawah Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sebagai suatu badan kuasi-judisial independen yang berkedudukan di PBB, INCB bertugas untuk memonitor implementasi konvensi internasional PBB terkait pengawasan narkotika, psikotropika dan prekursor. Lingkup tugasnya memastikan bahwa kebutuhan narkotika dan psikotropika untuk kepentingan medis dan riset terpenuhi, dan tidak terjadi kebocoran masuk ke jalur ilegal.
Selain ini juga memastikan bahwa pengawasan untuk jalur ilegal dilakukan secara ketat baik ditingkat negara maupun secara internasional. Sehingga dalam menjalankan tugasnya INBC senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah dan berbagai badan internasional lain seperti WHO, Interpol, dan World Custom Organization (WCO).
“Raihan ini tentu tidak lepas dari kebaikan para pimpinan, Rektor, Dekan dan Kepala Bagian yang telah memberikan keleluasaan pada saya untuk berkecimpung di bidang ini,” ucap Sri Suryawati, di Fakultas Kedokteran UGM, Kamis (5/8).
Suryawati menjelaskan INCB memiliki anggota 13 orang yang terdiri dari 10 orang birokrat yang diusulkan oleh pemerintah negaranya dan tiga orang ahli yang dinominasikan oleh World Health Organization (WHO) karena kepakarannya di bidang kedokteran, farmakologi dan farmasi. Indonesia merupakan salah satu dari delapan negara berkembang (Afrika Selatan, China, India, Iran, Kolombia, Meksiko dan Thailand) yang warganegaranya bergabung dalam keanggotaan INCB. Sementara itu keanggotaan INCB ditentukan melalui pemilihan yang dilakukan oleh 53 negara yang tergabung dalam ECOSOC (UN-Economic and Social Council) yang berkedudukan di New York.
“Setelah terpilih tiap anggota bertugas atas dasar kapasitas pribadi yang indepen. Tidak mewakili negara ataupun kepentingan pihak manapun. Dengan keterwakilan Indonesia di lembaga ini sangat penting, sebab sebagai negara yang strategis di kawasan Asia dan memiliki perhatian serta berkepentingan besar dalam isu penangan masalah narkoba,” koordinator Program S2-IKM UGM Minat Utama Kebijakan Obat.
Suryawati tercatat sebagai anggota INCB semenjak tahun 2007. Meski mengaku belum berkontribusi, namun pada tahun-tahun itu ia telah menunjukkan peran aktif yang sangat menentukan dalam berbagai pertemuan INCB. “Baru pada tahun 2009 saya diangkat sebagai Vice-Chairperson of the Standing Committee on Estimates,” tuturnya.
Posisi sebagai Second Vice-President dan Chair of Standing Committee on Estimates tentu reputasi yang sangat membanggakan. Karena committee ini bekerja sepanjang tahun guna memastikan keseimbangan jumlah suplai dan kebutuhan serta kecukupan narkotika dan psikotropika untuk kepentingan medis dan penelitian. “Selain itu juga bertugas memastikan kecukupan untuk stok global. Saat ini hanya ada dua wanita di INCB, saya dan seorang wakil dari Jerman,” tambahnya.
Dekan Fakultas Kedokteran UGM Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D memberikan apresiasi tinggi atas raihan ini. Ia berharap pengabdian semacam ini akan diikuti oleh para staf pengajar FK UGM lainnya. “Kiprah Dr. Sri Suryawati di INCB ini sangat membanggakan. Tidak hanya Fakultas Kedokteran UGM, tapi juga Bangsa Indonesia,” paparnya. (Humas UGM/ Agung)