JOGJAKARTA (KU) – Memasuki Usia ke-80 tahun, Guru Besar ilmu Filsafat Pancasila UGM Prof. Dr. Koento Wibisono mengaku prihatin terhadap kondisi bangsa dan negara dengan makin maraknya korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara seiring ditangkapnya para mantan Menteri, Gubernur dan Bupati akibat perilaku korupsi yang dilakukan saat menjabat.
“Semakin lama makin carut marut. Uang negara semuanya habis untuk dikorupsi dan untuk pemilihan kepala daerah,†kata Prof Koento disela-sela seminar untuk memperingati hari ulang tahunnya ke-80, di Fakultas Filsafat UGM, Sabtu (7/8).
Bekas murid almarhum Prof. Notonagoro ini menambahkan, kondisi bangsa semakin mengenaskan dengan banyaknya orang menyampaikan kritik tanpa pernah menawarkan solusi di tengah masyarakat. Menurutnya, kondisi ini menandai demokrasi yang kini berlangsung belum menemukan bentuknya. “Orang melakukan kritik seenaknya tapi tidak menawarkan solusi. Pemerintah pun sering kedodoran menghadpai situasi tyang begitu ruwet ini dengan ditangkapnya banyak pejabat negara atas kasus korupsi,†kata pria kelahiran 14 Agustus 1930.
Meski kondisi negeri yang memprihatinkan ini, namun Prof Koento tetap optimis bahwa demokrasi akan menemukan bentuknya seiring makin tingginya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat.“Dengan pengetahuan, orang bisa membedakan benar dan salah. Melalui pengetahuan pula orang tidak akan mudah dimanfaatkan untuk kepentingan sesaat. Saya yakin demokrasi kita akan menjadi lebih baik,†ujar bapak dua anak ini.
Mensiasati situasi yang terjadi sekarang ini, Prof Koento selalu teringat pesan yang selalu disampaikan oleh guru sekaligus idolanya Prof. Notonagoro. Di setiap kesempatan, kata Prof Koento, Notogoro selalu berpesan ‘Lantip Ing Panggrahita’ artinya peka dan tajam dalam merasakan dan menyikapi keadaan.
Usianya memang tidak muda lagi. Tapi Prof Koento masih sibuk dengan berbagai macam aktivitasnya. Saat ini ia masih mendampingi 5 orang mahasiswa calon doktor. Dibantu dua orang asistennya, mantan Rektor UNS ini berencana mengumpulkan berbagai makalah-makalahnya selama 42 tahun mengajar untuk diterbitkan dalam sebuah buku. Mulai dari makalah tentang pendidikan, pembangunan, filsafat pancasila, hingga identitas nasional. Selamat ya, Pak! (Humas UGM/Gusti Grehenson)