BANTUL-Minggu (8/8) siang nampak ada yang berbeda dengan desa Wukirsari, Imogiri, Bantul. Saat itu tepatnya di Gazebo Giriloyo terlihat dipenuhi oleh masyarakat dari anak-anak hingga orang tua. Seolah sebuah pasar yang memang tengah terjadi sebuah rutinitas proses jual beli. Memang benar, saat itu sedang digelar Pasar Batik Rakyat yang diinisiasi oleh mahasiswa KKN-PPM Unit 10 UGM.
Menurut penuturan Analisa, wakil coordinator KKN-PPM Unit 10, Pasar Batik Rakyat yang diadakan tersebut diharapkan bisa menjadi destinasi wisata pedesaan batik untuk keluarga pada waktu yang akan datang. Dalam Pasar Batik Rakyat itu diadakan pameran batik tulis dengan pewarna alami, gratis belajar membatik serta dimeriahkan dengan kerajinan kulit pucung, lomba menyanyi, lomba menggambar, pecel kembang turi. wedang uwuh, dan hadrah/shalawatan.
“ Selain pameran batik tulis juga ada beberapa kegiatan tambahan seperti gratis belajar membatik maupun hadrah,†ujar Analisa yang juga mahasiswi Fakultas Psikologi angkatan 2007 itu.
Ditambahkannya, Pasar Batik Rakyat ini diadakan oleh 30 mahasiswa UGM yang tengah KKN di Wukirsari dari 5 Juli-31 Agustus depan. Sebelumnya beberapa kegiatan juga telah dilakukan di sana seperti pelatihan tari dan pelatihan berwirausaha untuk mengembangkan/memasarkan batik Wukirsari.
“ Prinsipnya kita berusaha memberikan bimbingan dan pelatihan soal promosi dan pemasaran batik kepada para pengrajin,†paparnya.
Meskipun sejauh ini batik Wukirsari Imogiri ini sudah cukup terkenal namun diakui masih dijumpai kendala terutama terkait promosi dan pemasaran. Melihat kondisi ini para mahasiswa yang berasal dari beberapa jurusan seperi Psikologi, Farmasi, Hukum, Teknik Industri, Sosiologi, Sejarah hingga Administrasi Negara berupaya untuk memberikan teknik pemasaran batik.
“ Teknik pemasaran dan promosi kita tekankan dan ke depan semoga terus bisa dilanjutkan,†tambah Analisa.
Jika bicara Wukirsari kita memang tidak bisa lepas dari kerajinan tradisional batik. Disana saat ini setidaknya terdapat 600 orang pembatik yang tergabung dalam sebuah paguyuban yang bernama Paguyuban Batik Giriloyo. Menurut salah satu pengurus paguyuban batik Giriloyo, Nur Ahmadi, dari paguyuban tersebut terbagi menjadi 12 kelompok yang berasal dari 3 dusun.
“ Ada 600 pembatik yang terbagi dalam 3 dusun yaitu Giriloyo, Cengkahan, dan Karangkulon,†kata Nur Ahmadi, di sela-sela acara Pasar Batik Rakyat.
Ia menjelaskan dengan kegiatan Pasar Batik Rakyat yang dipelopori oleh mahasiswa KKN-PPM UGM cukup memberikan manfaat bagi pengembangan batik di sana. Nur sepakat persoalan promosi dan pemasaran batik Wukirsari masih perlu untuk ditingkatkan.
“ Memang sudah ada pengakuan batik Wukirsari tapi dari sisi promosi dan pemasaran masih perlu ditingkatkan,†aku Nur.
Nur menambahkan batik Wukirsari sejauh ini pemasarannya memang sudah dilakukan di beberapa daerah. Tidak sedikit pula wisatawan asing seperti dari Korea, Jepang dan AS yang berkunjung ke Wukirsari untuk belajar membatik maupun membeli batik.
Batik tulis yang ada di Wukirsari ujar Nur ada yang berasal dari pewarna sintetik maupun pewarna alam seperti dari kulit kayu maupun kulit buah. Ini dilakukan agar produk batik yang dihasilkan tetap ramah lingkungan. Harganya pun bervariasi dari sekitar Rp 300 ribu hingga jutaan rupiah.
“ Pemasaran memang baru skala nasional. Tapi banyak pula turis yang datang kesini,†papar Nur yang juga pengelola Batik Tullis Sekar Arum itu.
Dengan adanya Pasar Batik Rakyat mahasiswa KKN UGM ini diharpkan akan semakin membantu pemasaran batik Wukirsari. Disamping itu ia juga berharap event sejenis bisa dilanjutkan secara rutin misalnya setiap seminggu sekali (Humas UGM/Satria)