Dalam satu dasa warsa sebelum dan sesudah pergeseran abad XIX, dunia prosa Amerika didominasi oleh aliran naturalisme. Karya-karya yang muncul meliputi, antara lain, Maggie: a Girl of the Streets (A Story of New York) karya Stephen Crane (1893), McTeague: A Story of San Fransisco karya Frank Norris (1899), dan Sister Carrie karya Theodore Dreiser (1900). Ketiga karya ini menghebohkan publik pembaca sastra pada waktu itu karena masing-masing dianggap menyuguhkan dunia yang kejam, mengerikan dan secara moral radikal. Sementara pembacaan dominan atas ketiga teks naturalistik menegaskan bahwa ketiga teks itu dianggap bersifat empiris yang merepresentasikan realitas sosial, dan fungsional yang berpretensi melakukan reformasi sosial.
Demikian dikatakan staf pengajar Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Drs. F.X. Siswadi, M.A saat menempuh ujian terbuka Program Doktor UGM Bidang Ilmu-Ilmu Humaniora, Selasa (10/8). Promovendus mempertahankan desertasi “Struktur Ideologi dalam Tiga Karya Naturalistik Amerika Akhir Abad XIX (Maggie: A Girls of The Streets (A Story of New York), McTeggue: A Story of San Fransisco, dan Sister Carrie): Tinjauan Materialistik Eagletonian” dengan bertindak selaku promotor Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo dan ko-promotor Prof. Dr. C. Soebakdi Soemanto, S.U.
Dikatakannya kehebohan disebabkan oleh ketiga teks dan juga mempertanyakan validitas pembacaan konvensional dengan mengungkapkan struktur ideologi di dalam ketiga teks. Bahwa pendekatan yang dipergunakan untuk menganalisa teks-teks tersebut berupa pendekatan materialisme dan resepsi sastra. “Pendekatan materialisme yang diadopsi adalah pendekatan materialisme yang dikembangkan oleh Terry Eagleton. Pendekatan ini melihat teks sebagai produk interaksi antara konstituen-konstituen ideologi di satu sisi dan logika internal di sisi lain yang dipergunakan untuk menganalisis struktur ideologi yang mengambil bentuk kontradiksi, kebungkaman, ambiguitas dan ideologi hegemonik yang tergurat di dalam teks. Sementara itu, pendekatan resepsi dimanfaatkan untuk memahami komentar atau tanggapan terhadap ketiga teks itu,” papar Siswadi di Gedung R.M Margono Djojohadikusumo Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Diakhir desertasi, Siswadi menuturkan, studi atas ketiga karya ini menunjukkan bahwa kehebohan menyusul penerbitan ketiga karya nampaknya disebabkan bukan oleh brutalitas, kekejian dan amoralitas yang dipaparkan. Namun oleh gugatan atas sistem nilai yang dihayati oleh masyarakat Amerika pada era pergeseran abad XIX, yaitu sistim nilai yang merayakan supremasi individu (individualisme). “Selain itu anggapan bahwa karya naturalistik bersifat empiris dan fungsional tidak sepenuhnya dapat dipertahankan karena teks-teks itu tidak secara langsung menyodorkan realitas sosial, dan sebaliknya malah menjadi bagian dari struktur relasi kekuasaan yang menindas,” tutur Siswadi. (Humas UGM/ Agung)