Menidaklanjuti kunjungan 14 pimpinan perguruan tinggi Amerika di bulan Juli 2010 lalu, Wakil Dekan Wakultas Teknik Lehigh University Amerika, Gerard P. Lennon, Ph.D menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Kerjasama bidang pertukaran mahasiswa program undergraduate ini disampaikannya saat berkunjung ke UGM hari Rabu, (11/8).
Diterima Sekretaris Eksekutif UGM, Drs. Djoko Moerdiyanto, M.A dan Kepala Kantor Urusan Internasional Dr. Rachmat Sriwijaya, Gerard P. Lennon berpandangan UGM memiliki banyak kemiripan dengan Lehigh University. Bahwa kedua perguruan tinggi dapat berdiri karena mendapatkan hibah tanah. Lehigh University mendapat hibah dari pemerintah, sementara UGM mendapatkan lahan dari Keraton Kasultanan dan pemerintah.
Menurut Djoko Moerdiyanto, dari kunjungan asosiasi 14 pimpinan perguruan tinggi Amerika di bulan Juli lalu, Kedutaan Amerika mencatat sekitar 20 perguruan tinggi Amerika berminat menjalin kerjasama dengan UGM. Hanya saja dengan mempertimbangkan berbagai faktor, jumlah tersebut berkurang menjadi 12 perguruan tinggi. “Salah satu dari duabelas perguruan tinggi tersebut adalah Lehigh University di daerah Pennsylvania,” ujar Djoko di ruang kerjanya.
Dijelaskannya untuk pertukaran program undergraduate, UGM dan Lehigh university dalam waku dekat segera membahas pola kerjasama diantara keduanya. Karena untuk exchange program ini, keduanya saling bertukar mahasiswa. “Mahasiswa undergraduate UGM belajar disana, sebaliknya mahasiswa undergraduate Lehigh University belajar di UGM. Untuk itu kita melihat peluang tersebut, siapa yang akan mendanai perlu dipikirkan secara bersama. Minimal untuk UGM akan mengusahakan dana-dana hibah atau dana yang bersumber dari Diknas,” tambah Djoko.
Disamping hard science seperti bidang-bidang ilmu teknik, Lehigh University juga mengembangkan bidang interdisipliner. Sehingga mahasiswa-mahasiswa Teknik program S1 Lehigh University sudah terbiasa mempelajari ilmu-ilmu di luar bidang jurusannya, seperti social sciences, art science dan sastra. Sehingga menjadi sangat pas, jika beberapa mahasiswa nantinya berkesempatan kuliah di UGM, bahkan para mahasiswa nantinya diwajibkan mengambil mata kuliah budaya dan ilmu-ilmu sosial.
Diterangkannya lulusan Lehigh University hingga saat ini menjadi trend di hampir universitas di Amerika. Disamping karena keilmuannya, para lulusan dinilai mendapat bekal budaya Amerika. Kondisi ini mirip dengan UGM yang memiliki slogan to educate the whole person, bahwa mengajar mahasiswa tidak hanya dengan keilmuan semata namun juga mengasah nalurinya. “Karenanya bagi seorang mahasiswa tidak cukup hanya memperoleh ilmu keteknikan, lingkungan dan mesin, namun ia memerlukan hal-hal yang bersifat sosial. Ketika lulusan Lehigh University hanya mendapat sosial budaya Amerika saja tentu tidak cukup. Mereka membutuhkan budaya-budaya dari negara lain. Indonesia dan UGM nampaknya menjadi pilihan mereka untuk lebih memperkaya calon-calon lulusan universitas Lehigh. Jika lulusan UGM tidak hanya kaya akan budaya Indonesia namun dilengkapi pula dengan budaya global, maka Lehigh University pun pingin seperti itu pintar dalam keilmuan sekaligus berbudaya,” pungkas Djoko. (Humas UGM/ Agung)