Selama ini upaya memajukan prestasi siswa lebih banyak ditekankan pada pengembangan aspek kognitif. Sementara aspek emosi dan sosial justru terpinggirkan. Akibatnya terjadi berbagai penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak usia sekolah maupun remaja.
“Berbagai perilaku negatif pada siswa muncul karena adanya kesenjangan perkembangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosi,†kata Dra. Eunike Raffy Rustiana, staf pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang saat ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Psikologi UGM, Senin (9/8) lalu.
Guna meminimalisir adanya kemungkinan terjadinya perilaku negatif pada anak usia sekolah diperlukan upaya pengembangan kecerdasan emosi sejak usia dini yaitu pada anak usia SD. Disebutkan Eunike, berbagai usaha yang pernah dilakukan salah satunya pengembangan kecerdasan emosi siwa SD melalui analisis fungsi tokoh karya sastra. Tapi upaya ini ternyata tidak efektif. Tidak semua siswa bisa menangkap pengertian dengan membaca dan diskusi.
Dikatakan isteri dari Ir. Soetomo Siswowidjono, Dipl. H.E., dalam disertasinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Kecerdasan Emosi Siswa SD Melalu Pendidikan Jasmani Harmoni†pendidikan jasmani harmoni terbukti efektif meningkatkan kecerdasan emosi siswa SD. Pendidikan jasmani harmoni di sekolah dasar memang dirancang khusus untuk mengembangkan keterampilan motorik, kebugaran, serta kecerdasan emosi. “ Kemajuan siswa dalam kecerdasan emosi merupakan hasil interaksi dari pikiran dan perasaan saat mengikuti olahraga,â€terangnya.
Ditambahkan Eunike dalam guna memperoleh pengembangan kecerdasan emosi seperti yang diinginkan materi penjas harus dibuat secara sistematis sesuai yang diharapkan. (Humas UGM/Ika)