JOGJAKARTA (KU) – Pemerintah memprioritaskan pengembangan mutu dan kompetensi SDM dari 116 juta angkatan kerja. Mengingat, mutu dan kompetensi SDM masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Terbukti, angkatan kerja masih didominasi lulusan SD ke bawah sebanyak 57,44 juta atau 49,52 % dari jumlah angkatan kerja. Ditambah, peringkat daya saing Indonesia masih berada diurutan 42 dari 131 negara, dan index pembangunan manusia menduduki rangking ke-111 dari 192 negara.
Hal itu disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) RI, Muhaimin Iskandar, M.Si dalam kuliah umum Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB) Fakultas Isipol UGM, di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH), Kamis (19/8). Kuliah umum yang dipandu oleh Dekan Fisipol Prof. Dr. Pratikno ini, mengangkat topik isu “Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian”.
Cak imin, demikian ia akrab disapa, mengatakan jumlah angkatan kerja di daerah perkotaan saat ini semakin bertambah. Padahal, kondisi sarana dan prasarana UPTD BLK (Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan kerja) sebagian besar di daerah tidak berfungsi optimal. Sementara jumlah pengangguran kini mencapai 8,59 juta (7,41 %) dan setengah pengangguran 35,42 juta (30,54 %) dari jumlah angkatan kerja.
Menurut Cak Imin, kesempatan kerja merupakan inti dari semua kebijakan dan program. Oleh karenanya, pelatihan kerja merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas serta daya saing tenaga kerja. “Kemenakertrans memprioritaskan perluasan penciptaan kesempatan kerja, pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial yang harmonis,” kata lulusan sosiatri Fisipol UGM ini.
Menjawab pertanyaan mahasiswa terkait pemberlakukan standar upah yang berbeda di setiap daerah. Cak Imin menyampaikan pemberlakukan tersebut berdasarkan tingkat kemajuan ekonomi tiap daerah berbeda satu sama lain. Kendati begitu, ia tetap sependapat bahwa standar upah yang berlaku saat ini masih kalah jauh dengan upah di luar negeri.
Menyinggung transmigrasi, Cak Imin menyampaikan animo masyarakat untuk ikut transmigrasi masih sangat besar, yakni mencapai 260 ribu keluarga. Sementara yang bisa ditransmigrasikan baru mencapai 46.053 keluarga per 5 tahun. “Oleh karena itu, pemanfaatan areal potensial untuk transmigrasi seluas 901.405 Ha masih belum optimal,” imbuhnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)