• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Temukan Alat Deteksi Retak Bendungan, Didiek Djarwadi Raih Doktor

Temukan Alat Deteksi Retak Bendungan, Didiek Djarwadi Raih Doktor

  • 23 Agustus 2010, 04:49 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 6306
Temukan Alat Deteksi Retak Bendungan, Didiek Djarwadi Raih Doktor

JOGJAKARTA (KU) – Konsultan geo-teknik lulusan teknik sipil UGM, Ir. Didiek Djarwadi,M.T., berhasil meraih gelar doktor setelah menemukan alat khusus untuk mendeteksi uji retak hidrolis bendungan urugan batu. Alat ini sengaja dibuat untuk membantu proses penelitiannya dalam mengamati tingkat keretakan di enam bendungan urugan di Indonesia. Diantaranya bendungan Batutegi di Lampung, Sermo di DIY, Kedungombo di Jateng, Wonorejo di jatim, Batu bulan dan Pelaparado di NTB.

"Alat ini saya buat khusus untuk penelitian saya. Sekarang saya hibahkan untuk laboratorium mekanika tanah fakultas Teknik. Alat ini baru pertama di buat di Indonesia," kata Didiek usai melaksanakan ujian promosi memperoleh gelar doktor dirinya di fakutas Teknik UGM, Sabtu (21/8).

Pria kelahiran Ambarawa, Jateng, 24 Desember 1954 ini mengatakan, benda alat uji deteksi retak bendungan yang dibuat berbentuk silinder dengan lubang di tengah (hollow cylinder) dengan dimensi benda uji adalah tinggi 120 mm, diameter luar 104 mm, sedangkan diameter lubang di tengah benda uji 18 mm.

Dari hasil kerja alat tersebut, diketahui enam bendungan yang ia teliti untuk saat ini tidak mengalami keretakan hidrolis. Namun ia mengkhawatirkan apabila bendungan tersebut ditingkatkan ketinggiannya kemungkinan besar terjadi keretakan dan runtuh. Hal itu terkait pemilihan bahan timbunan inti dan desain bendungan. "Trend sekarang bendungan ditinggikan untuk mengumpulkan air sebanyaknya untuk listrik, makin tinggi tekanan air maka makin besar risiko retak hidrolis," tandasnya.

Menurut lulusan Doktor UGM ke-1259 ini, hampir semua jenis bendungan yang ada di Indonesia merupakan tipe bendungan urugan. Bendungan ini dibuat dengan menimbun tanah dan bebatuan. Tinggi bendungan dan konfigurasi inti bendungan urugan merupakan faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya retak hidrolis. Bahan timbunan inti bendungan yang dipadatkan pada sisi basah lebih tahan terhadap retak hidrolis dan mengurangi kemungkinan terjadinya retak hidrolis. "Bahan timbunan inti dengan kadar butiran halus lebih 60 % tidak mengalami terjadi retak hidrolis. Sedangkan butiran halus kurang 60 % mengalami retak hidrolis," kata ahli bendungan ini.

Bapak dua anak ini menyampaikan tidak ada nilai ideal untuk ketinggian bendungan, karena bendungan dibuat berdasarkan karakteristik sungai, kemampuan suatu daerah menampung air. Tetapi, kecederungan membuat bendungan lebih tinggi dari tinggi aslinya menyebabkan terjadinya retak hidrolis dan meruntuhkn bendungan. Ia menyebutkan beberapa bendungan besar mengalami runtuh seperti bendungan Teton dan Yard Creek di Amerika Serikat, dan Balderhead di Inggris. Sedangkan bendungan Hyttejuvet dan Vidalsvatn di Norwegia mengalami bocoran besar karena kasus yang sama, namun bisa diselamatkan dari keruntuhan.

Dalam ujian promosi doktor kali ini, bertindak selaku promotor Prof. Dr. Ir. Kabul Basah Suryolelono, Dip.HE.,DEA.,ko-promotor Prof. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc., Ph.D., dan Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng., DEA. Sedangkan Tim penguji diantaranya Prof. Ir. Suryo Hapsoro, Ph.D., Prof. Ir. Masyhur Irsyam Adi, M.Sc., PhD., Dr. Ir. Ahmad Rifa’I, MT, Dr. Ir. I. Wayan Warmada, Ir. Agus darmawan, M.Sc., Ph.D (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Deteksi Kadar Asam Urat, Kolesterol, dan Glukosa yang Tidak Melukai Kulit

    Wednesday,14 September 2022 - 15:58
  • Metode Stress Relief Efektif Perbaiki Retak Fatik Sambungan Las

    Tuesday,18 July 2017 - 15:21
  • Alat Deteksi Merkuri Mengantarkan Mahasiswa UGM Menang Kompetisi di Kanada

    Tuesday,25 October 2016 - 16:24
  • Alat Deteksi Longsor UGM Dipasang di 30 Lokasi

    Monday,23 April 2012 - 13:10
  • Peneliti UGM Buat Alat Deteksi Virus Dengue

    Sunday,19 April 2020 - 18:47

Rilis Berita

  • Penulis UGM Raih Gelar Penulis Terproduktif Kedua Versi The Conversation 25 March 2023
    Penulis The Conversation Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat penulis
    Satria
  • Mengenali Dampak Penggunaan Obat Pada Kulit 24 March 2023
    Meningkatnya penggunaan obat-obatan, baik karena pengobatan sendiri (self-medication), polifarmas
    Ika
  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti
  • Karate UGM Juara Umum 3 SEMAR CUP XII 24 March 2023
    Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate INKAI UGM berhasil menyabet gelar Juara Umum 3 dalam Interna
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual