JOGJAKARTA (KU) – Pakar Filsafat Jawa Prof. Dr. Damardjati Supadjar mengatakan, gairah seks seseorang akan cenderung meningkat saat melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan. Meski diakui puasa menyebabkan kondisi fisik seseorang nampak menurun. Karena gairah seks yang cenderung meningkat tersebut, seyogyanya bisa dikontrol dengan baik dalam rangka untuk melaksanakan ibadah puasa yang berkualitas.
“Gairah seks yang meningkat di saat puasa, seyogyanya ditunda sampai syawal (hari raya), sementara ibadah puasa setelah syawal justru ditingkatkan,” kata Damardjati Supadjar dalam diskusi “Hasrat Seksual Saat Puasa”, di Sekolah Pascasarjana UGM, Rabu (25/8).
Menurut Damardjati, meningkatnya gairah seks di saat puasa disebabkan sel darah di dalam tubuh tidak banyak mendapat asupan gizi sehingga darah lebih banyak mengalir ke wilayah organ genital. “Ketika darah tidak mencerna makanan, maka darah bebas tugas, karena itu akan menggalir ke daerah wilayah otonom,” kata Guru Besar Filsafat UGM ini seraya menambahkan bahwa apa yang diutarakannya sebenarnya juga sudah dikupas tuntas dalam buku jawa kuno, serat Bayanullah.
Dia menambahkan, berhubungan intim bagi pasangan suami istri merupakan hubungan yang indah, suci, dan sakral, tak hanya sekadar bergumul melepaskan syahwat, tetapi ia lebih bermakna karena ada prinsip saling menghargai dan membahagiakan antar kedua pasangan.
Sementara Seksolog UGM Dra. Ira Pramastri, M.Si, menyampaikan komitmen dari kedua pasangan sangat penting dalam melaksanakan hubungan seksual. Apabila salah satu pasangan menolak melakukan hubungan seksual, maka keputusan tersebut harus dihargai oleh lawan pasangannya. “Saling menghargai dan mengurangi arogansi satu sama lain. Bisa menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kesiapan keduanya untuk saling terbuka. Saling memaafkan, jika di saat itu belum bisa memuaskan pasangannya,” ujar staf pengajar Fakultas Psikologi UGM ini.
Penyebab kasus disfungsi seksual di kalangan pasangan suami istri, ujarnya, karena faktor psikologis dan organis. Terutama akibat tingkatan stres yang berlebihan. “Hampir 90 persen kasus disfungsi seksual disebabkan oleh stres. Selain rasa ketakutan, kecemasan, rasa bersalah dan berdosa,” ungkapnya.
Untuk menyenangkan pasangannya, Ira menyarankan pria untuk lebih percaya diri saat melakukan hubungan seksual. Terutama memperhatikan kesiapan kondisi fisik dan mental. Ira tidak setuju jika pria bergantung pada minuman atau obat-obatan untuk melakukan hubungan seksual. “Karena kurang percaya diri lalu minum minuman oplosan dan obat-obatan. Akibatnya muncul banyak korban,” imbuhnya.
Sementara untuk wanita, ia menyarankan mereka lebih banyak melakukan latihan kegel untuk mengencangkan otot vagina, latihan bioenergik, latihan kebugaran tubuh, dan latihan relaksasi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)