JOGJAKARTA (KU) – Pakeliran wayang kulit purwa gaya surakarta yang ditampilkan oleh dalang anak perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dalam rangka pembelajaran dan pelestarikan kesenian wayang kulit pada generasi penerus. Sebagai media pembelajaran, lakon-lakon yang ditampilkan oleh dalang anak diarahkan pada lakon-lakon substansinya mengisahkan seputar kehidupan anak atau fantasi dunia anak.
“Sebagai media apresiasi seni, pembelajaran kesenian wayang kulit perlu diperkenalkan sejak dini, agar dunia wayang bisa dikenal, dimengerti dan dipahami oleh generai penerus. Selama ini, anak-anak belum diberi ruang untuk pembelajaran wayang kulit,†ujar Junaidi S.Ker, M.Hum dalam ujian terbuka untuk memperoleh gelar doktornya di Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (27/8) sore.
Dalam penelitian Junaidi, pakeliran wayang kulit purwa gaya Surakarta semua dilakukan oleh dalang dewasa, tetapi dalam perkembangannya dilakukan oleh dalang anak. Sehingga muncul pakeliran wayang kulit purwa yang dilakukan oleh dalang anak dengan format tersendiri.â€Struktur lakon disusun menjadi format tersendiri yakni berbentuk pakeliran cekak atau pendek dengan durasi 30-45 menit, adegan relatif sedikit dan singkat,†kata dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Junaidi menambahkan, untuk semua pemain mulai dari dalang, pengrawit, pangerong dan pesindhen sebaiknya dari kalangan anak-anak. Sementara untuk boneka wayang, peralatan dan tata panggung dibuat dengan ukuran khusus untuk anak-anak. “Maka dari itu, dorongan, dukungan, kesempatan dari generasi tua sangat dibutuhkan,†imbuhnya.
Menurut Junaidi ada 18 lakon yang layak ditampilkan oleh dalang anak dalam pementasan wayang kulit purwa gaya Surakarta, beberapa diantaranya lakon Sena Bumbu, lakon Anoman Dhuta, lakon Gathutkaca Jedhi. Sedangkan untuk lakon jenis paten, raben dan kraman belum layak disajikan oleh dalang anak, karena secara intelegensi, emosi dan fantasi anak tidak sesuai.
Prof. Dr. Timbul selaku ketua tim promotor menegaskan, hasil penelitian Junaidi tentang pentingnya pembelajarana Wayang purwa gaya Surakarta dikalangan anak-anak cukup bermanfaat untuk melestarikan hasil budaya bangsa yang telah diakui oleh UNESCO. “Kita perlu mengedepankan budaya lokal ditengah gencarnya budaya dari luar yang masuk,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)