Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) DIY, Drs. Kirnantoro, S.K.M., M.Kes menyebutkan jumlah tenaga Ners di Indonesia masih sangat minim. Ia mencontohkan, di DIY saja baru terdapat 7 % tenaga Ners dari seluruh tenaga perawat yang ada. Sependapat dengan Kirnantoro, Drs. Elfi Efendi, Apt., dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY menyebutkan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan Jepang dari DIY cukup besar. Namun begitu, peluang kerja yang cukup besar tersebut masih terbentur dengan penguasaan bahasa. “Jepang membutuhkan 5.000 tenaga Ners dari DIY, namun masih terkendala bahasa,” katanya. Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, Selasa (31/8), melantik 32 Ners baru di Gedung Auditorium II FK UGM. Terdiri lulusan Ners asal DIY sebanyak 13 orang, Jateng 9 orang, Sumatera Utara 4 orang, Kaltim 2 orang, Jawa Barat 1 orang dan Sulawesi Tenggara 1 orang. Dengan demikian, sampai saat ini Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FK UGM telah meluluskan 105409847 Ners.
Dekan FK UGM, Ali Ghufron Mukti, dalam sambutannya berpesan agar lulusan Ners mampu menjunjung profesionalisme kerja dan etika profesi keperawatan saat bekerja di tengah masyarakat. Menurutnya, belajar yang sesungguhnya justru ketika bekerja di tengah masyarakat.
Ghufron juga berharap, lulusan Ners selalu mengembangkan keterampilan keperawatan dengan selalu mengikuti perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. “Selalu untuk Update keterampilan keperawatan karena perubahan dan perkembangannya yang semakin baru,” ungkapnya.
Kepala Bagian Ilmu Keperawatan UGM, Purwanta, S.Kp., M.Kes., mengatakan lulusan Ners dari UGM hampir 100 persen tidak ada yang menggangur. Sebanyak 74 persen diterima sebagai PNS dan 26 persen bekerja di perusahaan atau rumah sakit swasta. “Bisa dibilang lulusan Ners UGM 100 % diterima oleh customer,” kata Purwanta.