JOGJAKARTA (KU) – Perilaku inovatif bukanlah sifat bawaan seseorang dari lahir, tapi sebaliknya semua orang memiliki potensi untuk menjadi inovator. Bahkan, perilaku inovatif ini pun dapat dipelajari dan ditingkatkan. Bisa dimulai dari lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau berbagai institusi.
Namun, tahukah anda jika kebiasaan berbagi pengetahuan ternyata bisa menyebabkan seseorang memiliki perilaku inovatif? Berdasarkan hasil penelitian Dosen Psikologi UGM, Avin Fadilah Helmi, S.Psi, M.Si terhadap mahasiswa yang mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di lingkungan UGM ditemukan bahwa faktor utama perilaku inovatif adalah berbagi pengetahuan melalui pendekatan kelompok. “Berbagi pengetahuan membutuhkan kepercayaan antar anggota kelompok yang dibangun atas dasar kompetensi, Mendiskusikan ide dengan kelompok memberikan kontribusi besar dalam periaku inovatif,” kata Avin dalam ujian promosi untuk memperoleh gelar doktor dirinya di Fakultas Psikologi UGM, Selasa (31/8) sore.
Ia menyebutkan, berbagi pengetahuan berperan sebagai mediator atau penguat keterkaitan antara motivasi intrinsik, kepercayaan terhadap anggota kelompok, kepemimpinan transformasional dan kemudahan akses terhadap teknologi informasi terhadap perilaku inovatif. Dari hasil penelitian Avin, diketahui motivasi intrinsik dan kepercayaan memberikan efek langsung dan tidak langsung yang lebih tinggi dibandingkan dengan kepemimpinan transformasional dan kemudahan akses terhadap teknologi informasi. “Ini temuan utama dari penelitian ini. Ini yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia,” kata perempuan kelahiran Ngawi, 22 Desember 1964 lulus dengan predikat cumlaude.
Berbagi pengetahuan, baik melalui seminar, lokakarya, konferensi dan forum diskusi, baik melalui tatap muka atau dunia maya merupakan cerminan aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan yang berpengaruh terhadap perilaku inovatif. “Keikutsertaan seseorang dalam mengikuti forum-forum diskusi ditentukan oleh motivasi intrinsik dalam rangka mengembangkan dirinya,” kata Pembina Penalaran UGM ini.
Sedangkan kemudahan akses terhadap teknologi informasi di lingkungan kampus, kata Avin, memberikan sumbangan yang bermakna terhadap berbagi pengetahuan. Oleh karenanya, sarana dan prasarana yang dipersepsikan memberikan kemudahan akses terhadap teknologi informasi seyogyanya tetap dipertahankan.(Humas UGM/Gusti Grehenson)