JOGJAKARTA (KU) – Dua gelas kopi sudah habis diteguknya. Sebuah piring kecil berisi kue apem lengkap dengan taburan parutan kelapa masih tersisa satu di atas mejanya. Tidak jauh dari gelas itu, beberapa lembar kertas hasil laporan tersusun rapi. Perempuan bertubuh mungil dengan rambut sebahu, tersenyum menyapa menyambut kedatangan Kabar UGM. Meski dari sorot matanya, kelelahan dan rasa kantuk masih membekas di raut mukanya. “Tadi malam saya harus mendampingi Pak Bud membuka pertemuan ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) di Bandung,” kata Denni Purbasari, S.E., M.Sc., Ph.D di temui 2 bulan lalu di Gedung Utama lantai 2 kompleks Istana Wapres, Jl. Merdeka Selatan.
Satu tahun terakhir, aktivitas Denni semakin padat. Staf pengajar FEB UGM ini, kini memiliki tugas baru, yakni membantu staf khusus Wapres RI Prof. Dr. Boediono. Penunjukan dirinya berdasarkan atas permintaan langsung dari Pak Bud, sapaan akrab Prof. Budiono. Lalu, apa yang ditugaskan pak Bud untuk Denni? “Belajar,” kata Denni singkat.
Sekilas permintaan Pak Bud kepada Denni sederhana sekali. Namun Pak Bud mengharapkan Denni belajar banyak dengan sesama tim staf khusus wapres yang terdiri para ekonom muda. “Denni kamu di sini harus belajar banyak, beyond textbook, beyond journal and beyond theory,” kata Denni menirukan ucapan Pak Bud tempo hari. Ia masih ingat, peristiwa itu terjadi beberapa hari setelah pasangan SBY-Boediono resmi dinyatakan sebagai pemenang pemilu 2009.
Sebagai salah satu asisten staf khusus wapres, Denni harus banyak belajar untuk mengetahui, menganalisis dan memformulasikan pengambilan kebijakan ekonomi di tingkat pemerintah pusat. “Pak bud meminta saya untuk banyak belajar karena yang di sini adalah praktek ekonomi yang sesungguhnya bagaimana kebijakan ekonomi dibentuk. Jadi niatan saya tambah satu, bahwa saya mau belajar banyak tentang apa yang disebut pak bud tentang praktek kebijakan ekonomi,” tutur anak keempat dari lima bersaudara ini.
Raih Doktor di Usia 30 Tahun
Denni sudah hampir satu tahun bekerja bersama Pak Bud. Tapi, dia tetap saja bingung jika ditanya kenapa ia bisa ditunjuk Pak Bud langsung untuk membantunya. Padahal, Denni merasa ia tidak begitu memiliki hubungan dekat dengan Pak Bud. Ia masih ingat, hanya 2 kali bertatap muka dengan Pak Bud. Pertama, saat acara halal bihalal di FEB. Kedua, saat ujian doktor salah satu mahasiswa bimbingan mereka. “Sampai sekarang saya belum tahu, coba aja mas tanya ke Pak Bud langsung deh,” ujarnya sambil tersenyum.
Untuk coba menjawab pertanyaan ini, barangkali kita bisa menyimak dari perjalanan karirnya. Ia lulus doktor (Ph.D) dari jurusan Ekonomi Universitas Kolorado di Boulder, Amerika Serikat (AS) tahun 2006. Gelar doktor ini diperolehnya di usia 30 tahun. Sebelumnya, ia juga mengambil master di kampus yang sama dalam waktu satu tahun.
Meraih gelar doktor di luar negeri di usia 30 tahun bukanlah perkara mudah. Selain persaingan yang begitu ketat, beasiswa yang pas-pasan, juga target waktu kelulusan yang sudah ditetapkan oleh sponsor sangat ketat. Namun Denni, bisa mensiasati semua itu. Bahkan ia lulus dengan IP 3,75. Berbarengan dengan itu, dia menerima Student Teaching Award (STA) 2006 dari Jurusan Ekonomi Universitas Kolorado di Boulder, AS.
Untuk penelitian disertasinya, Denni mengulas tentang internasional trade and development. Untuk menyelesaikan pendidikan doktor, Denni mengaku harus rela tidur hanya 4 jam sehari. Tidak heran, 14 jam ia menghabiskan waktu hanya untuk belajar dan mengerjakan soal. “Dulu saat Ph.D., saya tidur kurang lebih 4 jam. Saya belajar 14 jam. Saya melahap buku dan exercise, seperti itu terus. Sekarang saya tidurnya naik 5-6 jam. Jadi is not good,” tuturnya.
Setelah selesai doktor, Denni hanya membayangkan akan mengajar dan meneliti sebagai bagian dari tugasnya seorang pengajar. Beruntung bagi Denni, tidak lama pulang ke Indonesia. Ia dinominasikan oleh dekan FEB (Prof. Ainun Naim, MBA, Ph.D) untuk menjadi tim asistensi Menteri Keuangan Sri Mulyani. Tiga tahun ia bekerja di Depkeu. “Bagi saya itu terlalu cepat karena saya 7 tahun tinggal di Amerika, relatif kurang banyak belajar dan mengetahui tentang Indonesia. Tapi bagi saya adalah bagian dari tugas dan kehormatan untuk dinominasikan dan alhamdulillah terpilih,” katanya Denni yang bekerja dalam tim asistensi ini sejak 2006-2009.
Siap Siaga Tiap Waktu
Sebagai tenaga ahli staf khusus bidang ekonomi. Denni membantu staf khusus ekonomi wapres, Dr. M. Ikhsan dan Dr. Farid Hariyanto. Tugas Denni, memberi masukan informasi kepada staf khusus, kemudian informasi itu dirembug bareng sebelum disampaikan ke Wapres. “kalau memberi masukan memang iya dan tidak. Untuk level Vice President, informasi harus banyak dan komprehensif. Apa yang kita beri masukan, mungkin katakanlah hanya bagian dari semua masukan yang muncul dari segala macam stakeholder,” ujarnya.
Menurut Denni, staf khusus wapres lebih banyak mengurusi bidang ekonomi. Secara kebetulan latar belakang prof Budiono di bidang ekonomi sehingga untuk urusan ekonomi diserahkan ke staf wapres. “Kita semua tahu, staf khusus presiden bidang ekonomi tidak ada. Staf khusus ekonomi mengurusi bidang pangan, infrastruktur, energi, gas, dan sebagainya,” ujar perempuan yang masih betah melajang ini.
Di kantor wapres, Denni bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Tapi ia harus selalu siap saat dibutuhkan karena para staf khusus yang dibawa secara pribadi oleh seorang wakil presiden. “Saya kira kita harus selalu siap. Kadang tugas datang jam 17.30 dan kita harus mengerjakan hingga jam 02.30, ” paparnya.
Berpenampilan Sederhana
Meski sudah berkantor di kompleks istana wapres, tidak menjadikan Denni tampil beda. Penampilannya pun tetap sederhana dan selalu mengenakan busana seadanya. Jangan harap ada make-up tebal, gincu atau lentik bulu mata buatan. Tidak ada yang istimewa dari dirinya, jepit rambut yang dikenakannya pun biasa kita temukan di pasar tradisional atau biasa dijajakan para pedagang asongan.
Kesederhanaan Denni barangkali berangkat dari penampilan kesederhanaan Pak Bud. Di mata Denni, Pak Bud adalah seorang ekonom yang berwawasan luas namun melakukan sesuatu dengan kehati-hatian. Tidak hanya itu, Pak Bud juga dikenalnya sebagai seorang penulis yang handal. “Kehatian-hatian beliau, wawasan beliau. Beliau itu tidak selalu mengikuti mainstream berpikir. Pak bud, selalu bertanya hal-hal sederhana tapi sulit dijawab. Pak bud, menulis luar biasa bagus. Saya baru tahu kalo pak bud good writer,lho,” pujinya.
Di sela tugasnya sebagai tim staf khusus Wapres, Denni masih membagikan waktunya mengajar di kampus UGM Yogyakarta setiap akhir pekan. Tiap malam, ia juga harus mengajar mahasiswa Magister Management di kampus Jakarta. (KABAR UGM/Gusti Grehenson)