Buah sukun (Artocarpus altilis) merupakan bahan pangan lokal yang banyak dijumpai di Indonesia. Namun pemanfaatannya masih belum maksimal. Selama ini sukun hanya dikonsumsi dalam bentuk digoreng, direbus, maupun dibuat keripik.
Namun ditangan sejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM, sukun yang semula kurang begitu dimanfaatkan disulap menjadi produk bakery yang bernilai gizi dan berdaya jual tinggi. Mereka adalah Gentur Adiprabawa, Inna Rachmawai, M. Ridwan Ansari yang merupakan mahasiswa prodi Ilmu Gizi Kesehatan, dan Diah Nurpratami serta Dewi Masyitoh Mubarok mahasiswa prodi Pendidikan Kedokteran.
Kelimanya mengolah buah sukun menjadi aneka produk bakery yang tidak kalah nikmatnya dengan produk bakery lainnya yang sudah ada. Mereka mengembangkan usaha bakery berbahan buah sukun yang diberi label “SUKRIlicious†(sukun bakery delicious). Usaha ini berawal dari kegiatan program kreativitas mahasiswa (PKM), mereka bersama-sama menciptakan inovasi produk dari bahan pangan lokal.
Gentur Adiprabawa menuturkan dipilihnya sukun sebagai bahan dasar bakery adalah untuk meningkatkan nilai jual dan nilai guna sukun. Salah satu usaha yang dilakukan dengan melakukan diversifikasi produk dengan mengolah sukun menjadi berbagai panganan dalam bentuk bakery.
“Selama ini sukun belum begitu banyak dimanfaatkan, padahal keberadaanya cukup melimpah. Kebanyakan sukun hanya diolah dengan direbus, goreng atau dibuat keripik. Dengan mengolah menjadi bakery mampu meningkatkan nilai ekonomis bahan pangan lokal ini,†paparnya, Kamis (16/9) di Kampus UGM.
Disebutkan Gentur produk bakery berbahan sukun ini juga baik bagi kesehatan. Sukun mengandung nilai gizi tinggi karena kaya akan serat (2%) dan kandungan karbohidrat yang tinggi (35,5%).
Lebih lanjut disampaikan Gentur Sukrilicious selain kaya gizi juga aman dikonsumsi bagi penderita diabetes. “Sukun memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga baik untuk dikonsumsi penderita gula darah,†terang mahasiswa angkatan 2008 ini
Untuk membuat aneka bakery menggunakan tepung sukun sebagai bahan dasar. Untuk mendapatkan tepung sukun, sukun dikupas kemudian dipotong tipis-tipis dan direndam di air yang ditaburi garam untuk mencegah timbulnya warna kecoklatan pada sukun. Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan sinar matahari atau menggunakan oven. Setelah kering lalu ditepungkan dengan blender atau alat penepung khusus.
“Setelah didapat tepung sukun langsung bisa digunakan untuk membuat beraneka macam adonan bakery. Untuk produk sukrilicious kita mencampurkannya dengan tepung terigu dengan perbandingan 50:50,†terang Gentur.
Penambahan tepung terigu dalam adonan bakery, lanjutnya, ditujukan untuk menjaga tekstur produk. “Awalnya kami hanya memakai tepung sukun saja tapi hasilnya kurang bagus. Kurang mengembang dan teskturnya kasar,†katanya.
Ditambahkan Inna Rachmawati, dari 2 kg tepung sukun mampu menghasilkan sekitar 200 produk bakery. Adapun produk yang ditawarkan berupa bolu sukun, donat sukun, muffin sukun, tart sukun, blackforest sukun, pukis sukun, pizza sukun, seledristick sukun, cheesestick sukun, brownis sukun, cake sukun, dan aneka kue kering. Harganya pun juga bervariasi mulai dari kisaran Rp. 1.500 untuk harga eceran hingga Rp. 50 ribu.
Menurut penuturan Inna untuk pengembangan pasar mereka akan membuka gerai di utara kampus Teknik UNY, tepatnya di Jl. Flamboyan, Karang Asem pada bulan Oktober mendatang. “Kami ingin mengarahkan sukun bakery sebagai trend mode bakery sukun yang menjadi salah satu ikon kuliner Jogja,†harap gadis berjilbab ini.
Usaha yang baru dimulai sekitar 6 bulan lalu ini dapat dikatakan meraih sukses.
Bisnis yang dijalankan kelima mahasiswa muda ini disambut baik oleh masyarakat luas. Omset yang dihasilkan perbulannya mencapai angka 13 juta. Dan saat ini sukrilicious memiliki 3 karyawan yang merupakan lulusan SMK jurusan Tata Boga. (Humas UGM/Ika)